Penyesalan selalu datang terlambat, setelah ada korban baru menyesal, setelah terjadi bencana baru muncul inisiatif itu adalah sifat dasar manusia. Jarang ada penyesalan itu datang lebih awal sebelum tragedi terjadi. Tragedi dan bencana akan lebih heboh lagi ketika era komunikasi membuat berita apapun di ujung dunia dengan gampang terdeteksi.
Para pemburu berita lantas berbondong-bondong ikut memviralkan penyebab dan awal mula tragedi. Orang-orang yang di sebut netizen, buzzer, komentator, influencer cepat tanggap dan membuat kasus menjadi bahan makian, kritikan, sindiran. Semua melebar, berkait mengait ke politik, ke arah kebijakan pemerintah, ke lalainya aparat dengan aturan-aturan yang dilanggar.
Semua saling tunjuk, tidak ada yang mau mengaku, "Saya bersalah, saya bertanggungjawab dan saya menerima konsekuensi dari kelalaian saya".
Lebih baik diam dan tetap bekerja, tidak ingin mundur karena bagaimanapun saya masih butuh uang, kedudukan agar tetap bisa menikmati nyamannya hidup.
Kalau akhirnya diberhentikan karena dikaitkan dengan efek bencana yang muncul, muncul pernyataan kenapa harus saya, kenapa tidak mereka dia yang dihukum. Toh kecelakaan itu adalah insiden yang tidak terduga, misteri kehidupan yang susah terkuak.
Kegaduhan pun muncul, presenter, wartawan lalu membuat laporan pandangan mata, mengundang dan melibatkan banyak pihak untuk diadu lalu dikaitkan dengan kebijakan politik, kelemahan hukum dan menyalahkan parapihak termasuk pemerintah ujung-ujungnya, juga aparat karena kelalaian dan gerak tanggapnya yang dinilai lamban.
Bencana Cepat Terekspos Berkat Perangkat Digital
Bencana manusia di era digital begitu terlihat, mendapat respons cepat pula melontarkan komentar beragam. Ada yang prihatin langsung main telunjuk menyalahkan sini-situ, memanfaatkan momentum untuk memaki di kolom komentar , tu dampak negatifnya.
Positifnya banyak yang peduli lantas mencari tahu di mana ia harus berbagi, meringankan penderitaan, menghibur mereka yang terkena imbas dari bencana entah kecelakaan, peristiwa tewasnya suporter pasca pertandingan, tanah longsor di lembaga pendidikan yang menyebabkan beberapa korban harus kehilangan nyawa.
Bencana manusia bisa berupa kerusakan alam akibat maraknya pembangunan, modernnya kehidupan sehingga pembabatan hutan eksploitasi alam tidak bisa dicegah.
Manusia terus berkembang biak, sementara lahan untuk tempat tinggal semakin padat mau tidak mau hutan, pesawahan, kebun berubah fungsi menjadi lahan pemukiman.
Positif dan negatifnya Era Digital Menanggap Bencana
Ketika hutan semakin habis, pohon-pohon dibabat, mata air di bumi semakin menipis, tanah semakin tertutupi beton maka bencana demi bencana akibat serakahnya manusia tidak terelakkan lagi.