Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Menulis Artikel Menggunakan Mesin Tik Manual

13 Juli 2021   15:35 Diperbarui: 13 Juli 2021   16:10 3669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa merek mesin ketik manual yang di kenal dulu Olivetti, Brother, Olympia,  Carina, corona .Ada yang portable dengan bisa di bawa ke mana - mana, ada juga yang khusus untuk di kantor , tidak bisa sembarangan di bawa karena bentuknya yang besar. Dengan mesin ketik manual itu penulis harus hati- hati menulis, sebab jika salah harus menghentikan dulu proses mengetiknya untuk mengambil tip eks atau penghapus berbentuk cairan agar tulisan yang salah tertutup dan ditimpa dengan huruf lagi.

Nostalgia Menulis dengan Mesin Ketik

Pengalaman menulis saya sebenarnya bermula dari SMA. Kelas 11 SMA saya ikut intra sekolah yaitu mengetik. Ada beberapa aturan jika tengah mengetik yaitu penempatan jari. 

Misalnya jari telunjuk ditempatkan di deretan mana, jari tengah dan jari kelingking sudah diatur hingga ketika sudah terbiasa maka kinerja jari akan spontan bergerak menurut abjad yang tergambar di pikiran. Teknik yang dinamakan teknik 10 jari. Guru mengajarkan bagan area kerja jari tangan kita. Setelah beberapa waktu latihan d coba dengan melatih ketrampilan jari sistem buta.

Seseorang tidak perlu memperhatikan satu - satu tetapi harus fokus memperhatikan hasil ketikannya. Yang belum terbiasa tentunya harus memperhatikan dulu huruf - huruf yang tertera di tuts manual yang bunyinya sungguh membuat perasaan seperti terbawa dalam suasana meditatif. Tak tak tak. Tik tik teritik. Reetttt. Bila mengetik pas suasana sepi sering terdengar sampai luar rumah.  

Pas kelas 12 ada kegiatan membuat semacam paper atau karya tulis berdasarkan hasil berkunjung ke sebuah koperasi yang bergerak dalam bidang peternakan sapi terutama susu perah. Waktu itu saya dan teman - teman melakukan kunjungan ke koperasi susu di daerah Kaliurang Yogyakarta.

Kewajiban untuk membuat karya tulis dengan mesin ketik  saya  menulis draft dengan tulisan tangan, setelah itu baru ditulis dengan mesin ketik. Tentu saja sebuah tantangan menulis dengan mesin ketik. 

Meskipun sudah diajari menggunakan metode sepuluh jari tetap saja kalau hanya teori tanpa praktek ya percuma. Nah dengan menulis paper atau karya tulis dengan mesin ketik tantangan itu tampak nyata. Awal mulanya banyak sekali typo dan salah ketik. Banyak blentongan warna putih di kertas HVS sehingga terlihat kotor.

Mengetik secara manual butuh kesabaran dan ketelitian. Sebab jika sering menghapus akan berpengaruh pada tampilan kertas, terlihat blentong -- blentong putih, apalagi jika mengetik dengan kertas buram. Tetapi berkat paksaan menulis karya tulis yang jumlah halamannya lebih dari tigapuluh itu membuat ketrampilan mengetik saya lumayan.

Pas melangkah ke kuliah  bisa memanfaatkan ketrampilan mengetik saya untuk tugas tugas paper kuliah. Banyak dari teman senior saya dulu menggunakan mesin ketik untuk mencari pendapatan tambahan dengan mengetikkan data diri, atau saat ada pendaftaran perguruan tinggi yang mensyaratkan di tulis dengan mesin tik. Sudah banyak berderet mahasiswa yang dengan sengaja menawarkan diri menawarkan jasa mengetik. 

Di antara mereka ada yang lucu sebab masih terlihat menggunakan teknik "11 jari "bukan sepuluh jari. Maksudnya apa sebelas jari? itu untuk meledek saja mereka yang mengetik dengan modal  dua jari telunjuk.

Di era mesin ketik masih berjaya. Saya menggunakannya untuk tugas kuliah dan menyalurkan hobi saya menulis. Ketika saya menulis surat pembaca di Tempo saya mengirimkan hasil ketikan manual saya, juga ketika saya waktu itu rajin menulis surat pembaca saya mengetik menggunakan mesin ketik.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun