Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sudah Tepat Keputusan Nadiem Menghapus UN!

14 Desember 2019   09:59 Diperbarui: 14 Desember 2019   10:07 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber nasional. kontan.co.id/antarafoto/puspaperwitasari

Dalam sebuah diskusi terbatas di ruang guru, saya kebetulan mengikuti perdebatan para guru terutama pengampu UN di sekolah. Kebetulan sekolah tempat saya mengajar sering mendapat perhatian karena seringnya memperoleh nilai UN tertinggi terutama di DKI Jakarta. Tahun ini bersama Labshool, Ursula, Kanisius menduduki peringkat 10 besar. Sekolah saya berada diperingkat 3.

Mengapa sering langganan memperoleh predikat UN tertinggi? Karena para siswa sedari awal memang sudah dikondisikan untuk bekerja keras mengerjakan latihan soal bahkan sejak awal semester 1. 4 kali tryout setiap hari, dengan fokus  mata pelajaran UN. 

Selama beberapa tahun ini SMPK 2 Penabur Jakarta menjadi pioneer dalam pengerjaan UN berbasis komputer(bisa dilihat dari jejak media). Sekolah juga berani memutuskan untuk tidak menaikkan kelas saat kelas 8 untuk menjaga kemungkinan beberapa anak menjadi penghambat dari upaya sekolah untuk selalu berada di level atas dalam perolehan UN baik tingkat DKI maupun tingkat nasional.

Sekarang rasanya banyak sekolah alergi dengan siswa "tolol" yang membuat prestasi sekolah jeblok karena perolehan UN rendah. Maka banyak sekolah membuat treatmen khusus agar anak- anak mampu memperoleh nilai UN tinggi sehingga peringkat sekolahnya terdongkrak. Banyak sekolah negeri unggulan melokalisir siswa, dikondisikan untuk selalu belajar, menghapal, mengerjakan soal dengan cara drill. 

Latihan terus dilakukan agar anak terbiasa mengerjakan soal- soal sulit sehingga dari pengayaan soal- soal tersebut pas UN siswa- siswa mudah mengerjakan soal. Dan memang efektif, sekolah -- sekolah yang langganan memperoleh UN tertinggi sudah mengkondisikan siswanya selalu siap mengerjakan soal.

Lalu bagaimana nasib- nasib sekolah unggulan  jika UN dihapus? Awal mulanya memang memusingkan tetapi bagaimanapun untuk memperoleh keunggulan sekolah yang bagus selalu harus siap dengan perubahan. Apalagi persaingan di tingkat dunia mengharuskan sekolah- sekolah bisa mengkondisikan siswa mampu bersaing dengan negara lain dalam hal kualitas.

membudayakan membaca dan menganalisa bacaan kunci utama perubahan (sumber smpk2bpkpenabur.or.id)
membudayakan membaca dan menganalisa bacaan kunci utama perubahan (sumber smpk2bpkpenabur.or.id)
Kepala sekolah kebetulan sudah mewacanakan untuk tidak terlalu membebankan guru dengan berbagai tugas administratif. Guru harus mempunyai waktu lebih untuk belajar memperdalam pengetahuan, menyediakan dana lebih untuk membeli buku- buku bermutu untuk mendorong guru lebih inovatif dan kreatif. 

Kalau tidak ada UN guru harus bisa memaksimalkan potensi anak didik. Ujian tetap akan dilakukan karena tanpa ada test siswa akan terlena dengan kenyamanan dan cenderung malas belajar. Pola pembelajaran kemudian adalah dengan soal- soal inovatif. Kreatif yang mampu mendorong siswa berpikir kritis dan mandiri.

Ujian Nasional sebetulnya adalah perangkat penilaian sejauh mana siswa mampu mengerjakan soal dengan standar yang sudah ditetapkan secara nasional. 

Kadang hasilnya ada faktor keberuntungan, faktor teknis lain ketika siswa sedang bad mood atau malah sudah pada titik kebosanan karena hampir setiap hari mengerjakan soal. Suasana psikologis siswa juga mempengaruhi mood mereka mengerjakan soal UN.

Sekilas Tentang PISA Bentuk Lain Ujian untuk Peserta Didik

Sekarang melalui mendikbud baru Nadiem Makarim muncul wacana perubahan dalam hal UN. UN yang selama ini masih pro dan kontra tentang penting diadakan di tangan Nadiem diputuskan dihapuskan. 

Namun jangan salah persepsi dulu ujian akan diganti dengan sistem PISA untuk mengejar ketinggalan dengan pendidikan tingkat internasional. PISA (Programme for International Assesment) adalah program penilaian siswa tingkat internasional yang diselenggarakan organisasi bernama OECD (Organisation for Economic Co-operation & Development). 

Tujuannya adalah untuk ekonomi dan pembangunan. Salah satu fokus dari PISA adalah dengan menilai tingkat penguasaan siswa terutama mereka yang usianya 15 tahun dalam hal literasi. Tes soal PISA diarahkan kepada siswa untuk bisa menjawab persoalan- persoalan masa depan dan persoalan real dalam kehidupan nyata. 

Sedangkan UN saat ini lebih terfokus untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa secara teoritis dengan hapalan dan soal-soal yang sudah bisa diprediksi.

Siswa harus bisa menjawab persoalan- persoalan yang dihadapi masyarakat (knowledge Society) dewasa ini. Soal- soal PISA mendorong siswa untuk  merefleksi dan mengevaluasi materi. Soal- soal inovatif mendorong siswa tidak hanya menjawab dengan kebenaran tunggal, tetapi ada banyak alternatif jawaban yang membuat siswa kreatif dan inovatif menemukan jawaban yang berbeda tetapi bisa dinalar secara logika. 

Dalam bahasa ilmiahnya siswa mampu menganalisis, bernalar dan mengkomunikasikan pengetahuan dan ketrampilan( misalnya matematika) secara efektif, serta mampu memecahkan penyelesaian masalah secara holistic (menyeluruh).

Tantangan Indonesia adalah menghadapi persaingan internasional. Negara- negara lain sudah berlari dalam membuat kurikulum yang mampu mendorong siswa kreatif dan inovatif. Apa yang diwacanakan Nadiem Makarim harus disambut. Mau tidak mau karena perubahan itu keniscayaan. 

Jika banyak intelektual, pakar pendidikan terus saja berdebat tentang positif dan negatifnya penghapusan UN maka Indonesia akan jalan di tempat. Harus berani menantang arus. Nadiem mempunyai rekam jejak bagus dalam pendidikan ia juga pasti sudah berefleksi tentang pengalaman pria yang minta dipanggil Mas Nadiem saja.

Pakar pendidikan dan sivitas akademika di perguruan tinggi baik swasta maupun negeri harus mendukung wacana perubahan itu. Sebab tanpa mereka Nadiem berat dalam mengeksekusi ide  - ide segarnya. Anak muda harus diberi kesempatan menunjukkan kemampuannya untuk menyambut perubahan -- perubahan cepat dunia. 

Apalagi era teknologi canggih dengan fasilitas internet yang semakin cepat membuat inovasi- inovasi, kreatifitas, persaingan bisnis dan pola pikir manusia bergerak amat dinamis. Jika terkurung dalam penjara pemikiran lama kapan majunya?!

Selalu ada kesempatan Jika Mau Berubah

Kita dorong inovasi dari menteri milenial sambil tetap selalu mengkritisi kebijakan- kebijakan yang dikeluarkan apabila mulai menyimpang dan bergeser dari tujuan semula. Robert T Kiyosaki tentang perubahan bisa disimak  Di setiap perubahan terdapat sebuah kesempatan. Dengan penghapusan UN ada kesempatan dalam dunia pendidikan untuk membuat bentuk lain ujian yang lebih mengakomodasi kualitas pendidikan tanah air, tanpa mencoba perubahan kapan ada kesempatan untuk maju. Salam damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun