Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah Jakarta, Isu Rasialis, dan "Masa Bodoh"nya Masyarakat pada Lingkungan

21 November 2019   09:47 Diperbarui: 22 November 2019   02:16 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: megapolitan.kompas.com

Salah satu masalah kota besar adalah sampah. Ditambah lagi sampah kiriman yang datang dari hilir termasuk dari Bogor dan tempat yang lebih tinggi dari Jakarta. Kalau Disiplin sebetulnya sejak awal penanganan sampah sangat mudah untuk dilakukan. 

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah paling banyak di dunia. Hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan.

Metropolitan dan persoalan Sampah yang Tidak Pernah Selesai

Masyarakat kota dengan latar belakang budaya berbeda susah diatur dalam peraturan yang membuat lingkungan menjadi rapi dan tertata. 

Bangunan tumpang tindih, gang-gang kecil sempit, tanah- tanah yang tidak sesuai peruntukan. Mafia tanah yang memanipulasi akta, makelar-makelar memeras para pencari hunian di Jakarta yang sangat padat. 

Hampir tidak ada sejengkal tanahpun dibiarkan kosong tanpa didirikan bangunan. Jika ada lahan kosong di tempat strategis pada pendatang, penghuni ilegal dan para pencari kerja pelan-pelan menempati tanah itu mulai dari rumah kardus, semi permanen hingga menjadi permanen, Padahal tanah tersebut sudah ada pemiliknya, sebuah korporasi besar yang senang berinvestasi tanah.

Yang kaya raya mempunyai rumah bak istana tidak hanya satu bisa lebih bahkan setiap tahun terus bertambah hanya sekedar investasi. Setiap ada pembangunan apartemen atau rumah baru selalu ikut acara ikut launching. 

Bila tempatnya strategis dan punya prospek maka mereka akan selalu berinvestasi. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin ya renungi saja nasib.

Sebetulnya tidak relevan bahwa orang kaya hanya didominasi oleh orang Cina. Yang terjadi di Lapangan orang Cina memang lebih berani dalam berinvestasi, mereka gigih berusaha maka hasilnya pun bisa dirasakan. Tapi terkadang jika gagal kebangkrutan dan utang yang menggununglah menjadi masalahnya.

Sampai saat ini pusat perdagangan, ruko- ruko, investasi rumah dan rukan memang didominasi etnis Cina. Mungkin sudah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan orang Cina adalah menjadi pedagang kemudian pengusaha. Tidak banyak yang mau menjadi ASN atau pegawai negeri. 

Usaha sektor perdagangan kalau sukses bisa dilihat mereka benar- benar menjadi orang kaya dengan banyak perusahaan. jika bangkrut bisa jadi berdagang di jalanan menjajakan air minum, menggelandang dari satu kota ke kota lainnya. Usaha apa saja untuk bisa bangkit kembali.

Muncul isu- isu tentang pribumi dan non pribumi sesuai dengan konstalasi politik. Bentuk fisik kadang membuat pembedaan hingga memunculkan SARA, kebencian pada etnis tertentu. Bermula dari dendam, iri dan frustrasi.

Mengapa kebanyakan orang Cina dominan menguasai ekonomi Indonesia, mengapa pribumi hanya menjadi jongos, dengan pekerjaan sekelas pembantu rumah tangga, atau menjadi buruh dan kuli? 

Ada banyak faktor mengapa banyak orang Cina sukses menguasai ekonomi dan kebanyakan menjadi juragan. Etos kerjanya, kegigihannya dalam bekerja, dan jaringan usahanya yang bisa membuat mereka bangkit dari keterpurukan.

Problematika Jakarta bukan hanya masalah etnis. Perilaku budaya dan kepedulian dari masyarakat yang kurang terhadap sampah- sampah yang ada di sekitar. 

Kesibukan, keterburuan seperti dikejar-kejar waktu yang membuat banyak orang cenderung menjadi individualis. Iklim gotong royong, saling membantu mulai jarang. Yang ada adalah prinsip loe, loe, gue, gue yang dominan.Itu sampahmu masa bodo dengan sampahmu.

Udah banyak perintis yang membantu masyarakat memanfaatkan sampah, memilah- milahnya. Memulai kampanye zero sampah tetapi belum berpengaruh banyak terhadap masyarakat Jakarta yang perilakunya cukup buruk dalam mengelola sampah sekitar. 

Kadang pula dipicu oleh Ketua RT yang kurang memperhatikan tukang sampah yang biasa mengambil sampah di lingkungan RTnya.

Bahkan ada yang nekad mencatut uang sampah yang dikumpulkan uang warga. Padahal uang itu digunakan untuk upah dan kesejahteraan pemungut sampah. 

Akhirnya tukang sampah ngambeg tidak mau lagi memungut dan akhirnya sampah- sampah rumah tangga berantakan diobrak-abrik pemulung dan kucing yang mencari sisa makanan atau pemulung yang hanya mencari jenis sampah plastik yang bisa dijadikan uang.

Sampah dan Tanggung Jawab Keluarga

Sampah memang kadang perkara remah- remah, cuma masalah remeh temeh pagi para politisi padahal dengan semakin kurangnya kesadaran masyarakat mengelola sampah akan ada rentetan masalah di kemudian hari, seperti penyakit akibat joroknya lingkungan, nyamuk dan lalat yang bisa mendatangkan penyakit.

Manusia mandi dua kali sehari dan saat berdoa setiap hari harus bersih-bersih diri, tetapi ironinya kebersihan diri tidak diimbangi dengan kesadaran untuk membersihkan lingkungannya.

setiap hari tumpukan sampah Jakarta menyumbang berton - ton sampah yang belum sempat terdaur ulang (dokpri)
setiap hari tumpukan sampah Jakarta menyumbang berton - ton sampah yang belum sempat terdaur ulang (dokpri)
Kritik itu patut didengar termasuk saya sendiri sebagai warga Jakarta, menjadi penghuni kota besar dengan berbagai masalah yang tiba- tiba muncul.

"Pak " Kata istriku ketika datang Pak RT.

"Jangan hanya keliling menagih uang iuran sampah. Lihat Pak Sampah berantakan tidak karuan, tukang sampahnya bagaimana sih, kok gonta- ganti melulu."
"Ya, Maklum Mbak tukang sampahnya banyak yang malas, maunya dibayar tapi kerjanya lamban."

"Tapi, Kemarin kemarin sebetulnya mereka rajin mengangkut sampah tapi lama- lama kok pada mundur, jangan jangan bayarannya sering nunggak ya?"

"Ya enggak lah Mbak. Sudah dibayar rutin kok."

"Tapi kenapa banyak tukang sampah pada mundur"

"Ya itu masalah mereka"

"Lho kok masalah mereka berarti masalah di RT juga?!"

"Sudahlah mbak Keliling dulu banyak yang belum ditarik nih iurannya."

"Yah malah pergi "Keluh istri saya..."baru dikomplain eh Ketua RT malah lempar tanggung jawab"

Dulu, zaman gubernur sebelumnya Setiap kali melakukan aktivitas RT harus bisa mempertanggungjawabkan pekerjaannya dengan mengirimkan laporan lewat WA, memotret aktivitasnya dan dikirimkan ke Kelurahan. Sekarang kebiasaan itu hilang lenyap begitu saja.

Sekarang persoalan sampah menjadi persoalan yang rumit. Jika tidak segera memperbaiki sistem untuk meredam menumpuknya sampah lama- lama Jakarta akan tenggelam karena sawah yang menggunung. 

Dari sampah- sampah kecil yang muncul di lahan kosong, di lorong- lorong, di selokan, di pinggir jalan, di sungai, dan got- got maka Jakarta bisa saja darurat sampah.

Menjadi tugas masyarakat Jakarta, siapun pemimpinnya ya kesadaran buang sampah harus mulai dari diri sendiri. Jika setiap pribadi masyarakat Jakarta sayang lingkungan maka sampah menjadi prioritas untuk dipecahkan. 

Surabaya sudah berbenah banyak menangani sampah dengan melakukan daur ulang, serta melakukan edukasi ke masyarakat untuk mengurangi konsumsi sampah. 

Tidak perlu menunjuk orang cukup menunjuk diri sendiri untuk disiplin membuang sampah pada tempatnya. Mengurangi kantong plastik dan mulai membawa kantong sendiri untuk membawa barang belanjaan. 

Setelah itu peranan keluarga menjadi kunci penggerak utama di lingkungan paling kecil. Jika tiap keluarga di lingkungan Jakarta sadar untuk mengurangi konsumsi plastik, dan melakukan perubahan dengan mensukseskan program pemerintah Jakarta pasti akan bergairah. 

Kesadaran lingkungan itu sangat penting diajarkan dalam keluarga.

Kritik itu berlaku pada siapapun termasuk yang menulis ini(saya). Kadang saking kepepetnya tidak ada bak sampah maka dengan sembunyi- sembunyi membuang di tepi pagar atau ditutupi dengan rumput supaya tidak kelihatan. 

Di sudut-sudut gang yang kebetulan lahannya kosong sering terdapat tulisan seperti Jangan Buang Sampah di kawasan ini, Seperti disuruh malah banyak sampah menumpuk di bawah tulisan tersebut. Ini yang koplak siapa ya?!

Nah, kadang ketika saya lewat di tempat itu cuma geleng- geleng kepala tetapi tidak punya solusi untuk mencegah dan melenyapkan kebiasaan buruk masyarakat. 

"Kadang terbersit pikiran Ah masa bodoh, itu kan tugasnya petugas sampah." Kalau semua orang Jakarta seperti saya ya Jakarta nanti pasti akan menjadi gunungan sampah."

Makanya dalam tulisan ini dengan kesadaran sendiri mulai dari diri masing masing dan keluarga disiplin mengelola sampah plastik itu penting. 

Atau kalau perlu memulai untuk memilah sampah organik dan non organik. Yang organik disimpan dimanfaatkan untuk kompos dan yang plastik bisa dikumpulkan untuk dibuat barang daur ulang. 

Salam damai selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun