Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah Jakarta, Isu Rasialis, dan "Masa Bodoh"nya Masyarakat pada Lingkungan

21 November 2019   09:47 Diperbarui: 22 November 2019   02:16 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: megapolitan.kompas.com

Manusia mandi dua kali sehari dan saat berdoa setiap hari harus bersih-bersih diri, tetapi ironinya kebersihan diri tidak diimbangi dengan kesadaran untuk membersihkan lingkungannya.

setiap hari tumpukan sampah Jakarta menyumbang berton - ton sampah yang belum sempat terdaur ulang (dokpri)
setiap hari tumpukan sampah Jakarta menyumbang berton - ton sampah yang belum sempat terdaur ulang (dokpri)
Kritik itu patut didengar termasuk saya sendiri sebagai warga Jakarta, menjadi penghuni kota besar dengan berbagai masalah yang tiba- tiba muncul.

"Pak " Kata istriku ketika datang Pak RT.

"Jangan hanya keliling menagih uang iuran sampah. Lihat Pak Sampah berantakan tidak karuan, tukang sampahnya bagaimana sih, kok gonta- ganti melulu."
"Ya, Maklum Mbak tukang sampahnya banyak yang malas, maunya dibayar tapi kerjanya lamban."

"Tapi, Kemarin kemarin sebetulnya mereka rajin mengangkut sampah tapi lama- lama kok pada mundur, jangan jangan bayarannya sering nunggak ya?"

"Ya enggak lah Mbak. Sudah dibayar rutin kok."

"Tapi kenapa banyak tukang sampah pada mundur"

"Ya itu masalah mereka"

"Lho kok masalah mereka berarti masalah di RT juga?!"

"Sudahlah mbak Keliling dulu banyak yang belum ditarik nih iurannya."

"Yah malah pergi "Keluh istri saya..."baru dikomplain eh Ketua RT malah lempar tanggung jawab"

Dulu, zaman gubernur sebelumnya Setiap kali melakukan aktivitas RT harus bisa mempertanggungjawabkan pekerjaannya dengan mengirimkan laporan lewat WA, memotret aktivitasnya dan dikirimkan ke Kelurahan. Sekarang kebiasaan itu hilang lenyap begitu saja.

Sekarang persoalan sampah menjadi persoalan yang rumit. Jika tidak segera memperbaiki sistem untuk meredam menumpuknya sampah lama- lama Jakarta akan tenggelam karena sawah yang menggunung. 

Dari sampah- sampah kecil yang muncul di lahan kosong, di lorong- lorong, di selokan, di pinggir jalan, di sungai, dan got- got maka Jakarta bisa saja darurat sampah.

Menjadi tugas masyarakat Jakarta, siapun pemimpinnya ya kesadaran buang sampah harus mulai dari diri sendiri. Jika setiap pribadi masyarakat Jakarta sayang lingkungan maka sampah menjadi prioritas untuk dipecahkan. 

Surabaya sudah berbenah banyak menangani sampah dengan melakukan daur ulang, serta melakukan edukasi ke masyarakat untuk mengurangi konsumsi sampah. 

Tidak perlu menunjuk orang cukup menunjuk diri sendiri untuk disiplin membuang sampah pada tempatnya. Mengurangi kantong plastik dan mulai membawa kantong sendiri untuk membawa barang belanjaan. 

Setelah itu peranan keluarga menjadi kunci penggerak utama di lingkungan paling kecil. Jika tiap keluarga di lingkungan Jakarta sadar untuk mengurangi konsumsi plastik, dan melakukan perubahan dengan mensukseskan program pemerintah Jakarta pasti akan bergairah. 

Kesadaran lingkungan itu sangat penting diajarkan dalam keluarga.

Kritik itu berlaku pada siapapun termasuk yang menulis ini(saya). Kadang saking kepepetnya tidak ada bak sampah maka dengan sembunyi- sembunyi membuang di tepi pagar atau ditutupi dengan rumput supaya tidak kelihatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun