Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Anies Memang Smart

6 November 2019   12:43 Diperbarui: 6 November 2019   12:58 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan di CFD bicara tentang e budgeting (tribunnews.com)

Siapakah yang paling smart diantara gubernur-gubernur di Indonesia? Anies Baswedan tentu jawabannya. Ia tidak perlu wakil gubernur untuk membantunya mengelola pemerintahan DKI yang super kompleks permasalahannya. 

Kalau tidak smart pasti sudah menyerah, sebab banyak hal yang dipikirkan jika mengelola ibu kota negara yang penuh dengan pendatang dengan kemauan rupa-rupa.

Bayangkan Setiap hari harus menghadapi tuntutan aneh anggaran Influencer sekitar 5 milyar, anggaran lem aica aibon untuk ribuan anak SD di Jakarta sekitar 82 milyar(belakangan oleh ICW anggaran itu membengkak sampai 126 Milyar), anggaran ballpoint 124 milyar. 

Belum lagi kejanggalan mengenai anggaran Community Action Plan (600 juta untuk satu rukun warga, bayangkan berapa rukun warga yang mesti mendapat kucuran dana itu ),Usulan anggaran untuk perencanaan revitalisasi Ragunan sebesar 55 Milyar.

Gubernur Jakarta dan Tantangannya. Kalau Tidak Smart  Pasti Sudah Menyerah

Bisa dibayangkan betapa bawelnya masyarakat menyangkut kebijakan dan terobosan kebijakan gubernurnya. Jika tidak aneh dan biasa saja tentu akan selalu dipertanyakan bagaimana sih sistem kerja gubernur Jakarta. 

Karena lebih smart dari kebanyakan pendatang yang hidup di Jakarta maka tidak perlu banyak menyusun strategi dari orang-orang yang jago dalam berpikir, cukup mengkritik ketidakcerdasan pendahulunya untuk menangkis serangan-serangan dari orang-orang yang terkategori pintar alias smart.

Menjadi gubernur harus pintar menata kata, biarkan saja gubernur lain kerja keras belajar tentang e-budgeting, tentang keteraturan tentang terobosan baru tentang sistem yang terstruktur. Itu terlalu jauh, Orang Jakarta hanya perlu kata-kata dan jagoannya sudah muncul. Gubernur preman dan suka marah-marah saja hanya bertahan sebentar, yang katanya jujur dan gigih untuk kesejahteraan masyarakatnya saja dipenjara untuk apa terlalu serius membuat sistem yang menguntungkan toh ujung-ujungnya mendapat reaksi negatif dari masyarakat.

Orang Jakarta itu banyak maunya, beda sedikit sudah pasti mendapat penolakan atau sorakan, kalau tidak bermental baja sudah "bunuh diri" menghadapi tuntutan yang berderet. Bagus kalau mau antre tuntutannya, ternyata tuntutan masyarakat itu saling tikung, salip menyalip. Mirip seperti jalanan di Jakarta yang masih ruwet karena disiplin penggunanya sangat kurang. 

Masih menyala lampu merah saja pengendaranya pengin cepat meluncur, masih untung selamat tidak ditabrak sesama pelanggar, coba kalau lagi sialan, sudah nyungsep di jalan, motor rusak, dompet melayang ditertawai pula, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, terkena tumpahan cat, terkena ujung kuas, tercakar kucing lewat.

Anies Baswedan adalah salah satu gubernur yang harus berjibaku menutup telinga rapat-rapat atas kritikan-kritikan yang sering membuat kuping memerah. Kalau tidak ndableg baru beberapa bulan memerintah pasti sudah minta untuk mundur(sayangnya banyak pejabat Indonesia tidak kenal kata mundur, kecuali sudah terkena operasi OTT (operasi tangkap tangan KPK).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun