Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lupakan Politik, Nikmati Karya Pelukis Kembang Sepatu

16 Oktober 2019   17:54 Diperbarui: 16 Oktober 2019   18:04 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Pelukis Setyo Purnomo atau biasa dipanggil Kembang Sepatu (sumber: visualartP3.blogspot.com)

Seorang penulis akan membuat narasi  menggunakan kemampuan literasinya. Perupa mengandalkan imajinasi visualnya untuk  menyindir atau memberikan tanggapan atas isu yang berkembang.Para perupa bisa menemukan ketajaman pemikirannya dalam lukisan- lukisan dan coretan- coretan yang ditumpahkannya entah di kertas atau kanvas.

Karya kembang Sepatu berjudul kesetiaan (dokumen kembang Sepatu)
Karya kembang Sepatu berjudul kesetiaan (dokumen kembang Sepatu)
Di sekitar penulis ada banyak kawan yang memang total dalam berkesenian terutama menjadi pelukis. Mereka menemukan dunianya dengan olahan warna yang ditorehkan di media kanvas. Salah satu teman dan kebetulan ia juga seorang guru seni rupa, sama seperti penulis adalah Setyo Purnomo. Selain mengajar ia sangat aktif melukis. Akrilik sebagai bahan melukisnya dan kanvas sebagai medianya.

 Konsistensi melukis membuat Setyo Purnomo yang lebih akrab  dipanggil pak Kembang atau Kembang Sepatu sebagai nama populernya. Mengikuti banyak pameran baik gabungan maupun tunggal, aktif di masyarakat sebagai Ketua RW.  Seminggu sekali mengajar anak- anak di Museum Nasional untuk belajar melukis dan mengenalkan museum pada anak- anak.

Kegiatan keseniannya padat. Ia pernah berkolaborasi pameran 5 Bintang di Kedutaan Perancis dengan novelis, penulis terkenal Remy Silado atau Yappy Tambayong, Ipong Purnama Sidhi(Pengelola Bentara Budaya). Pernah ikut  komunitas pelukis Ancol. Pengalaman berkeseniannya terutama pergaulannya dengan perupa tidak diragukan lagi. Sampai sekarang Kembang Sepatu masih rajin melukis.

Seorang pelukis harus selalu mengasah kemampuan dengan membuat sketsa dan melukis untuk menegaskan bahwa intuisinya kuat menangkap sinyal- sinyal ketimpangan yang ada di masyarakat. Ia memotret fenomena sosial   lewat bahasa gambar. Terkadang banyak orang tidak sadar telah disindir oleh sajian lukisan warna- warni. 

Jika diperhatikan ada narasi yang tersembunyi yang bertujuan untuk memprotes keadaan, menginginkan perubahan dengan menggoreskan sejumlah mimpi lewat visualisasi. Tidak banyak yang bisa kecuali ia harus melatihnya setiap hari dan mempertajam intuisi seninya dengan sering bergaul dan berdiskusi dengan rekan- rekan seniman.

Lukisan berjudul kamuflase (dokumentasi Kembang Sepatu)
Lukisan berjudul kamuflase (dokumentasi Kembang Sepatu)
Penulis membuat catatan atas beberapa karyanya yang sering dikirimkan lewat media sosial. Kebetulan penulis juga bergelut di seni rupa. Tetapi penulis lebih tertarik untuk memainkan garis- garis dengan menggunakan drawing pen. Sama sih sebetulnya ekspresinya, karena setiap perupa mempunyai kekuatan sendiri dalam menyalurkan kreativitasnya.

Kembang Sepatu banyak melukis dengan tema- tema syahdu terkadang sering menggunakan simbol- simbol binatang seperti burung merpati untuk menarasikan betapa pentingnya kedamaian, kasih sayang seperti yang dicontohkan merpati. Merpati itu binatang yang setia dan bisa dikatakan romantis.

Lukisan- lukisannya menurut penulis beraliran realis dengan pemilihan warna yang soft. Ada tema- tema pohon yang ia lukis belakangan ini. Tentang kesetiaan, konsistensi dan hal- hal sederhana yang luput diperhatikan namun bagi pelukis satu ini bisa menjadi tema yang menarik.

Kembang Sepatu adalah guru paling aktif yang sering mengikuti pameran baik di Jakarta maupun luar kota. Lukisannya sudah banyak dikoleksi oleh banyak pesohor tanah air, Spontanitasnya dalam melukis sering ia tunjukkan saat ada event lomba lukis atau workshop- workshop seni. Ia juga tergabung dalam komunitas seniman Jakarta yang sering mangkal di Balai Budaya Jakarta di Kawasan Menteng Jakarta Pusat.

Pria Kelahiran Pemalang Jawa Tengah, 30 Oktober 1972 ini terus berproses, mencari ide- ide baru dan masih mengajar di sekolah BPK Penabur Jakarta. Dalam beberapa minggu yang akan datang ia akan berpameran di Museum Basuki Abdullah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun