Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humor

Saya Menyerah Menulis di Kompasiana

11 Juli 2019   19:05 Diperbarui: 11 Juli 2019   19:58 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

"Rasanya cukup sudah saya menulis di kompasiana. Sudah berusaha rajin, sudah menghabiskan uang banyak tidak juga mendapatkan imbalan yang berarti. Putus asa. Begitulah kata Mak Romplah tetangga saya ketika melihat gorengan tahunya hanya laku tiga."

Sebetulnya sudah lama ingin curhat pada Mas Warso tentang kegalauan saya tetapi menunggu kang Warso seperti menunggu kereta lewat di stasiun Blabak dekat Borobudur (sampai tahun jebot juga tidak akan lewat kereta karena jalurnya sudah ditutup). Sudah ratusan artikel, gabung bertahun tahun tidak juga mendapatkan keberuntungan mendapatkan reward. Malahan mereka yang baru bergabung beruntung mendapat reward dengan sering menang lomba. Kurang apa saya coba, rajin ya cukupanlah, setia ya setialah tetap saja keberuntungan menghampiri.

Apakah saya harus mendekati adminnya merayunya supaya memperhatikan tulisan- tulisan saya.

"Eh ente siapa merayu untuk mendapatkan perhatian. Kalau mau berprestasi ya harus bekerja keras, rajin menulis, meningkatkan kualitas dengan membaca, bergaul, dan tentu rajin mengikuti lomba. Kalau Cuma plonga- plongo sambil nonton sinetron dan mimblik- mimblik saat menonton film India ya jangan harap dapat hadiah."Begitu Admin berujar. Wah saya sakit hati pada kata- kata barusan.

"Njenengan tahu setiap hari aku mesti harus merayu adikku untuk minjam laptop demi menulis satu artikel, e lhadalah njenengan kok nylekit gitu"

"Lah ente yang berusaha membuat kami tidak independen. Kualitas tulisan dan siapa yang menentukan pemenang lomba bukan kami yang menentukan tapi para pembaca dan juri yang kami tunjuk."

"Tetapi seharusnya njenengan harus  mempertimbangkan kesetiaan penulisnya. Sudah berapa lama gabung, sudah berapa biaya yang dikeluarkan untuk menulis tanpa bayaran apapun."

"Lha jika rajin sekarang khan sudah ada program reward. Anda bisa dapat bayaran lewat go -- pay, apa itu tidak cukup."

"Ya tidak cukuplah Mas Bro anda itu suka bercanda. Pinjam laptop ini juga ada syaratnya. Saya mesti membelikan adik Mie Ayam. Coba berapa kali saya nraktir agar dipinjamkan laptop. Njenengan tidak tahu khan?!"

"Kenapa kami harus ngurusi pinjam meminjam itu khan derita ente."

"Lhah, kalau tidak ada saya dan mereka yang menulis njenengan bisa apa?"

"Khan masih banyak yang lain. Penulis bukan hanya ente saja kali?"

"Coba saja bayangkan jika semu penulis ngambek seperti saya dan tidak ingin menulis lagi."

"Ah, itu hanya khayalan ente. Mereka butuh menulis karena tuntutan perasaan. Mereka menulis karena memang panggilan hati, bukan karena seperti ente yang pengin dapat keuntungan."

"Ya realistis dong, Mas Bro. Bagaimanapun penulis juga butuh mendapat masukan entah sedikit uang atau sekedar tanda terimakasih."

"Ya sudah kalau motivasi ente hanya pengin dapat uang, nulis saja di platform blog lain. Selesai perkara. Khan banyak situs yang bisa ente masukin. Nulis saja di sana."

"Eh njenengan jangan emosi, disindir saja esmosi. Bukan pengelola yang baik jika hanya disindir saja marah."

"Ente yang bikin masalah!"

" Ya sudah kalau njenengan marah, saya pulang saja, capek, penginnya mendapat pencerahan malah nyolot."

"Ente yang nyolot."

"Njenengan yang nyolot."

"Wah, ente bisa panggilkan satpam lho sudah mengganggu kerjaan kami."

"Tidak usah panggil satpam, saya juga bosan melihat anda. Kalau begitu mulai saat ini saya tidak akan menulis lagi di Kompasiana.Camkan itu."

"Silahkan yang rugi ente kali."

"Eh ya ... anda juga rugi kehilangan penulis seperti saya..."

"Rugi darimana?"

"Ya rugi... saja."

"Lah Kok Masih disini sih katanya mau pergi"

"Khan belum diberi minum bagaimana mau pergi?!"

"Oh dari tadi ente nunggu dikasih minum?"

"Lah Iya dong"

Kru Admin bertubuh jangkung itu datang mendekat lalu tiba- tiba mengguyur minuman ke muka saya.

Pyukkkk!!!!

Tiba- tiba saja  saja saya gelagapan ketika istri saya muncul persis di muka saya. Basah khuyup muka saya.

"Woiii kerja dong pa ini jam berapa. Molor saja kerjaannya."

Asem. Ternyata saya baru saja mimpi. Masa saya mimpi berhenti menulis di Kompasiana sih. Sayang sekali sudah 670 lebih dan sudah banyak teman di Kompasiana yang mengasyikkan. 

Lagi lagi sayang jika meninggalkan hobi menulis. Ternyata  mimpi kadang membuat hati menjadi gebalau. Maaf kalau begitu saya tidak jadi keluar dari Kompasiana. Itu hanya mimpi saja tidak benar- benar terjadi. Hehehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun