Sebagai orang yang hobi menulis, saya tengah masuk dalam dunia unik. Seperti melawan arus, seperti menembus jalan sunyi sendirian. Mereka (teman, keluarga, rekan kerja) hanya tersenyum antara sinis, kagum dan menganggap aneh hobi saya.
Bertahan Lama Menyukai Dunia Tulis Menulis Bagaimana Caranya?
Sisi lain mereka mengacungkan jempol atas kegigihan saya konsisten menulis 10 tahun belakangan ini. Saya sendiri menikmati dunia tulis menulis, meskipun kadang kesal dengan pencapaian menulis yang seperti bergerak pelan di tengah laju teman- teman yang mempunyai hobi sama namun sudah melompat jauh di mana mereka bisa bertahan dan mampu menghasilkan uang dan mencetak beberapa buku demi memantapkan diri sebagai "penulis"
Sampai saat ini saya belum berani mentahbiskan diri sebagai penulis. Sebutlah penyuka dunia tulis menulis. Usaha saya sebatas konsisten menulis apa saja yang muncul dalam pikiran.Apakah ada tips untuk konsisten menulis dengan durasi waktu cukup panjang. Tidak ada, kuncinya hanya bagaimana mencintai kesenangan dan melakukan perbaikan, penyempurnaan dengan mengamati, merasakan, membaca dan melakukan kegiatan dengan kesadaran penuh.
Kebosanan kadang muncul tetapi kembali ke awal bahwa menulis adalah sebuah kebutuhan maka setiap hari meskipun hanya sekalimat dua kalimat semuanya harus di tulis untuk menjaga konsistensi. Setiap penulis akan mendapat ujian demi ujian dalam proses menulis.Â
Ujian itu berupa kebosanan, rasa putus asa jika hobi yang digeluti mendapat tentangan dari orang- orang terdekat. Ketika manfaat menulis baru dirasakan untuk diri sendiri dan belum memberikan sebuah kepastian bagi orang -- orang terdekat (keluarga) rasanya menulis belumlah menjadi andalan untuk bisa menghidupi diri sendiri dan orang orang yang berada di lingkaran terdekat.
Benarkah Menulis Hanya Buang - Buang Waktu?
Mereka akan menganggap bahwa kegiatan menulis adalah kegiatan buang- buang waktu, kegiatan seorang pengkhayal, kegiatan seorang yang frustrasi dan pemimpi. Mereka tidak tahu bahwa menulis bisa mengendalikan gelegak emosi yang membuncah. Dengan menulis seseorang menjadi lebih dewasa dalam memandang masalah yang membelit.
Mengembara di jagad penulisan butuh kecerdasan? Saya pikir itu faktor kesekian yang penting adalah kesabaran untuk selalu belajar, memperbaiki diri, menaklukkan rasa minder, menaklukkan kebosanan, menaklukkan keputusasaan bila menulis belum menghasilkan sesuatu.
Ukuran sukses dalam menulis itu relatif, ada yang ukurannya bila sudah bisa mencetak buku dan merasakan bahwa tulisannya telah menjadi sebuah buku bisa ditemukan di rak- rak toko buku. Ada yang puas  ketika tulisannya sudah pernah dimuat di koran, majalah. Ada yang mengukur diri bahwa dengan menulis ia bisa berkarya menjadi motivator dan pengajar kelas penulisan.