Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Puncak Perseteruan Kata-kata

11 Oktober 2018   15:42 Diperbarui: 11 Oktober 2018   15:55 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar:radarbojonegoro.jawapost.com

Kata yang Melukai

Bara itu itu bernama kata-kata. Ia tersebar berserak dalam ruang- media sosial. Membaca kata-kata mereka seperti ingin meledak isi kepala. Sumpah serapah, saling ejek, baik halus maupun kasar sama satu tujuan mengukuhkan diri sebagai pejuang maupun pecundang. Sama-sama kukuh mempertahan argumen demi sebuah keyakinan bahwa dirinyalah yang terbaik orang lain salah dan bodoh.

Tanpa melihat wajah dan hanya menyerap kata- kata yang tersembur aku tahu dibalik kerinduan hidup damai, tenang, ternyata banyak manusia rindu berseteru. Salah satu nafsu purba manusia yang masih dipiara adalah berdebat. Manusia mempunyai adrenalin dan gen untuk bersilat lidah. Dengan fakta-fakta menurut sudut pandang sendiri mencari pembenaran bahwa satu manusia adalah serigala bagi yang lain. Manusia adalah homo homini lupus.

Kata-kata adalah pedang, Senjata kata-kata seringkali melukai dan membuat kebencian menggelegak. Letupan-letupan kemarahan menyeruak dari kata-kata yang tersirat. Ada titik-titik emosi saat tanda apostlop.

Dua tiga kata menyelusup di ruang depan media sosial, lalu dimulailah pergunjingan, perdebatan khotbah. Ratusan bahkan ribuan netizen seperti ingin menegasikan bahwa ada keberpihakan, ada arus utama ideologi yang membuat mereka kukuh untuk bertahan dalam badai meskipun dikeroyok juga oleh barisan kata- kata yang membullynya.

Menyusur bukit perdebatan, kata- kata semakin membuat  mata hati, mata jiwa menggelap. Ketika gelap menutup seluruh indera, seperti Krisna ketika berubah menjadi Raksasa saat menyaksikan betapa biadabnya dan liciknya bala Kurawa dan Sengkuni biang kekisruhan. Kata-kata telah mencederai bahkan menghilangkan nyawa, kata-kata telah mencederai persahabatan dan meluluhlantakkan persaudaraan.

Media Sosial dan Perseteruan netizen

Itulah ruang media sosial. Baik di Facebook, twitter dan lapak-lapak komentar yang tersebar portal berita. Akun  abal-abal, hantu blau, akun tuyul tanpa identitas menebarkan kata-kata penuh ancaman, kasar dan hiperbolis dengan data-data bodong. Bahkan judul judul mengerikan sengaja diekspos untuk menimbulkan kegaduhan hingga perang saudarapun tidak terbendung.

Para pengkotbah dengan sombong menampilkan dalil-dalilnya untuk mempengaruhi khaayak agar tersentuh dengan dan berbalik mengagumi. Ada doa-doa yang sengaja diviralkan untuk menutupi kebohongan diri dan  tips menghindari selingkuh padahal dirinya sedang berkubang dalam cinta terlarang.

 Peristiwa  hancurnya menara Babel  salah satu kegelisahan Tuhan  yang memuncak hingga bencana demi bencana mendekap manusia . Kala manusia  kalap oleh nafsu purba hingga melupakan penghormatan kepada manusia lain dan berpesta sekedar mengumbar hasrat sex, pesta kebebasan yang kebablasan.  Politisipun menampilkan kebusukan-kebusukan syahwat kuasanya. Manusia terninabobokan pada pengkultusan simbol-simbol melupakan bahwa manusia adalah makhluk terlemah ketika tergoda kenikmatan. 

Yang sekarang terjadi mungkin manusia tengah mabuk agama, agama disembah dan agama dipuja sementara esensi kedekatan dengan Tuhan Yang Maha lekat, Maha mendengar diabaikan. Manusia marah ketika simbol-simbol agama dilecehkan sementara Tuhan sendiri "dilecehkan" oleh pemujaan agama yang akhirnya menjebak manusia saling membenci, saling membunuh dan saling curiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun