Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jokowi di Tengah Politik Acakadut

13 Juni 2018   12:36 Diperbarui: 13 Juni 2018   12:34 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serangan isu, hoaks, fitnah terus bertubi-tubi tertuju pada Jokowi (wow.ribunnews.com)

Selama beberapa tahun ini saya mencoba mengamati fenomena politik tanah air. Terus terang penulis bukan pengamat atau pemerhati yang menguasai ilmu politik. Hanya saya teringat tentang dasar- dasar ilmu politik yang pernah saya pelajari sekilas, dulu ketika secara kebetulan pernah kuliah di jurusan sosiatri dan pemerintahan di Yogyakarta. Ada beberapa teori  dari pengantar ilmu politik misalnya karangan Miriam Budiharjo. Teori Trias Politika, John Locke, Machiavelli, Karl Gustav Jung, Napoleon Bonaparte dan beberapa tragedi pemerintahan Zaman Kegelapan di Eropa.

Campuraduk kepentingan POlitik dan Agama

Rasanya ada beberapa kemiripan ketika negara akan mengalami chaos saat agama dan politik masuk wilayah kekuasaan. Agama dan Politik itu dunia yang berbeda tapi sekarang agama dan politik itu dikait-kaitkan, disanding-sandingkan, dikolaborasikan, dicari carikan ayat dalam kitab suci yang mendukung aktifitas politik.

Bahkan tanpa malu para politisi mencari istilah --istilah yang"religius" untuk merayu, mengajak dan mengumpulkan massa hanya untuk menebarkan informasisi hoaks agar pemerintahan yang sedang berkuasa limbung karena "tidak amanah" terlalu pencitraan, musuh agama, musuh wong cilik dan setumpuk utang yang membuat rakyat sengsara.

Penulis heran, di era digital sekarang, di saat rakyat melek internet dan setiap keluarga mempunyai HP selalu update berita dan saking updatenya sampai harus membuat website abal-abal yang tujuannya meracuni masyarakat untuk tidak percaya pada pemerintah yang sedang mengemban tugas menyejahterakan rakyat.

Kampanye hitam masif diterima Jokowi. Ia menjadi sasaran empuk  karena sosoknya yang kurus, tidak ada potongan menjadi pemimpin, dan meme-meme tentang Jokowi itu membuat orang yang berpikiran "waras"geleng-geleng kepala. Begitukah perilaku penganut agama aktif yang selalu membuka dan mendengar petuah-petuah luhur agama. 

Hampir selalu ia berdoa, bersembahyang, mendengarkan ceramah dari penceramah agama, selalu membuka-buka buku agama dan bahkan di televisi bombardir tayangan religi menguasai  sebagian tayangan terutama saat bulan suci. Tapi mengapa banyak berita- berita hoaks, berita "nyinyir" masih berseliweran diportal atau platform blog, atau junal-jurnal yang sengaja didirikan memang untuk mencuci otak manusia agar terpengaruh dengan berita buruk yang sengaja mereka sebarkan. Apakah itu trik politik, managemen intrik, hasil teori-teori politik atau bahkan mereka sebenarnya buta tentang  politik sebenarnya.

Agama yang religius telah disusupi niat jahat politik, agama yang sejuk dan damai telah ditelikung nafsu berkuasa yang tujuannya untuk menang. Mereka menggunakan segala cara untuk membunuh karakter seseorang bahkan ketika seseorang yang diserang itu sebenarnya tulus mengabdi dan hanya bekerja agar negara menjadi lebih baik. Entah penulis sekarang berpihak kepada siapa, tapi sosok Jokowi adalah pribadi langka dari sekumpulan gerombolan politisi yang sering menggunakan beberapa cara untuk menang dengan cara apapun. Mereka akan membangun citra diri  dengan berbaju agamis.

Politik tanpa Sportifitas

Politik Indonesia menurut penulis sudah meninggalkan "sportifitas". Sekarang politik hanyalah sekedar bagaimana caranya mengalahkan. Dengan memanfaatkan media digital dan internet menyerang, berkomentar, seakan -akan tidak punya etika dan agama. Bahkan konflik yang berkembang saat ini malah lebih banyak didominasi  oleh isu agama dan politik menelusup ke dalam isu-isu itu sehingga muka-muka yang seharusnya menjadi penyejuk kehidupan beragama malah membakar emosi massa dengan serangan --serangan yang mengarah pada "sosok" atau pribadi seseorang terutama presiden Indonesia Joko Widodo.

Penulis bukan ingin membela atau menjadi penggemar fanatik, tetapi serangan kepada Presiden itu rasanya sudah keterlaluan. Mulut- mulut yang setiap hari selalu berdoa dan bersembahyang, bersujud tidak pernah putus tetapi ketika berkomentar keluar aroma binatang dan tidak cocok dengan kesehariannya selalu berpenampilan agamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun