Berasal dari apakah aku ketika spontan menulis sekelumit kata-kata dalam tiga paragraf, barangkali hanya setaburan debu catatan tidak penting, bahkan hanya segores pemikiran yang dengan gampangnya terlupakan, tapi apapun itu buah-buah pemikiran tetaplah  sebuah  kesimpulan dari kegundahan seorang penulis. Kegundahan itu muntah dan mewujud dalam tulisan singkat. Dan kumulai dengan  catatan tentang kehidupan.
Sekujur tubuhku merasakan ada  titik-titik kesakitan, mula-mula hanya satu, semakin banyak ketika aku menghentikan aktifitasku olah raga. Tubuh di usia 40- an rasanya semakin tercabik-cabik penyakit, dan akan semakin  menjadi-jadi ketika pikiran semakin kalut dan jiwa ketakutan karena bayangan-bayangan gelap penyakit menambah pedih perih hidup.Â
Rasanya seperti melangkah dalam bara api penderitaan.Kutukan- keluhan, kegalauan menyeruak dan mendidihkan rasa, seperti tersihir adegan kepiluan dari drama kehidupan yang sering  aku baca dalam novel-novel  tragedi, aku menjadi sebutir debu dari betapa dahsyatnya kuasa Tuhan.
Bolehlah aku berpikir bahwa sebetulnya ada kunci untuk berpikir tenang, bergerak nyaman dan merasa damai dengan penyakit-penyakit yang timbul satu demi satu. Kuncinya hanya berdamai dengan diri sendiri, nyaman menikmati ujian-ujian kehidupan yang semakin berat datang menghadang. Â Hidup dan ujian yang harus dilalui itu adalah bagian dari retreat jiwa. Saatnya mencintai kehidupan, saatnya bangkit melawan ketakutan dan membiarkan ketakutan tergilas keceriaan dan kepasrahan atas apapun yang terjadi pada tubuh.