Mohon tunggu...
Dwi Astuti Setiawan
Dwi Astuti Setiawan Mohon Tunggu... -

kegilaan adalah bagian dari hidupku, maka menggilalah sebelum kamu benar benar gila dengan keadaan di sekitarmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prihatin, is Nonsens!

1 Mei 2013   22:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:17 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keprihatinan dengan bangsa indonesia kini sejatinya tidak lagi di butuhkan. Sebuah ungkapan seorang guru besar fakultas ilmu sosial UNY dalam acara semnas kepemimpinan bulan lalu. Kata kata tersebut ternyata memberikan inspirasi luarbisa yang terucap oleh prof. Syafi`i Maarif dalam usia lanjutnya.

Berbicara mengenai keprihatinan bangsa, mungkin tidak akan pernah habis tertuang dalam kapasitas otak manusia yang sejatinya selalu ingin lebihdari setiap perjalananya. Apalagi ini bangsa indonesia. Terkenal dengan negara terkonsumtif di jagad raya. Ini sangat relevan sekali dengan cultur dan habbit manusia indonesia didalamnya. Dimana makin tinggi keperluan maka akan semakin tinggi pula intensitas menkonsumsi barang jasa atau keperluan lain untuk mendukung kehidupanya. Apalagi tidak dibarengi dengan pemenuhan dari segi manapun atas keterbatasan sumberdaya dan ketersediaanya. Hal paling dominan tentu pertumbuhan penduduk. Dari data yang diperoleh SP 2010 ternyata dalam suatu wilayah. Khususnya wilayah sleman kecamatan condong catur. Dalam 1 RT terdapat rata rata penduduk adalah 150 kk dengan bangunan sendiri. Ini sangat memprihatinkan dalam bidang kependudukan.

Artinya bahwa, adanya ruang kosng yang kini akan segera beralih fungsi. Dulunya lahan pertanian menjadi rumah, atau tempat huni yang lebih menguntungkan. Inilah yang merusak tatanan kehidupan dan semakin memeperparah adanya disfunction of land to produce any humans necessary. Sehingga berdampak sangat buruk dalam masa mendatang.

Adapun kerugian yang akan kita dapatkan apabila hal ini terjadi adalah kehidupan pertanian akan menurun sangat drastis. Dulunya, dalam sebuah blog sensus di gempol, hampir setiap warga atau kepala rumah tangga memiliki lahan pertanian. Namun sekarang ini, saat melakukan pendataan dengan sensus pertanian ternyata dalam satu blog hanya terdapat 2 sampai 8 orang yang melakukan kegiatan pertanian. Banyak yang beralasan bahwa kegiatan pertanian cenderung merugikan dan melelahkan, apalagi berbagai kebijakan hanya kebijakan cabe rawit saja. Inilah penyebab mengapa pertanian saat ini menurun.

Hal lain adalah, adanya pengalihan lahan menjadi kontrakan rumah dan ruko yang di jual atau di banhu pribadi sebagai penggati yang lebih menguntungkan. Sebagian besar alasanya adalah lebih enak, lebih cepat modal, todak bersush paayah dan sangat menguntungkan. Apabila hal ini terjadi seterusnya, bukan tidak mungkin lagi impor air mineral akan terjadi, dan sangat miris ketika harga BBM akan naik sesuai issu yang berkembang dimasyarakat.

Untuk itu, segeralah kita sadar tidak hanya untuk prihatin dan saling menyalahkan. Karena sejatinya hidup berdampingan adalah kehidupan yang mengisi satu sama lain untuk keterkaitan bersama dan tidak hanya menunggu tapi sadar akan kebutuhan sendiri sebagai itikad baik manusia untuk mebgolah alam dengan cara terbaik agar kita mampu mengubah keprihatinan sebagai mainstream masyarakat luas menjadi tingkah laku yang mengubah Bangsa Indonesia untuk tetap berproses


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun