Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Renungan Perihal Bahasa dan Bahasa Ngeblog

13 Oktober 2020   17:14 Diperbarui: 13 Oktober 2020   17:29 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: @dwi_klarasari

Kita dan bahasa mungkin serupa kura-kura dengan cangkangnya. Atau siput dengan rumahnya? Entahlah, saya hanya ingin mengatakan bila antara kita dan bahasa sungguh tak terpisahkan.  

Tangisan kelahiran mungkin hanya isyarat kala pertama kita menyapa dunia. Begitu pun Sang Pencipta telah memberi kita bekal untuk berbahasa. Kelak kita berkata-kata dalam bahasa. Kita perkenalkan diri lewat bahasa. Kita berbahasa bilamana menyapa ataupun bertanya. Ketika berdoa maupun berkarya.  

Sejatinya bahasa kesepakatan kita bersama. Bila mentari tenggelam dan gelap menyapa, kita sepakat menamainya malam. Kita sependapat perihal terang, cahaya, pagi, siang, fajar, senja, atau apa saja. Kita pun bisa bermufakat menciptakan kata dan menambah kosakata dalam bidang apa saja.  

Bahasa menjadi alat bagi kita untuk meraih tujuan serta kehendak bebas. Kemampuannya sungguh tak terbatas. Bila kita busur, bahasalah anak panahnya. Bahasa membuat kita menangis atau sekadar meringis. Tertawa ataupun berduka. Gembira ataupun kecewa.

Setiap hari kita dihadapkan pada pilihan dalam berbahasa. Dengan bahasa kita bisa mengujarkan kebenaran serta mengobarkan perdamaian. Namun, dengannya pula kita mampu menyebarkan kebohongan atau menyulutkan kebencian. Kita bisa membuat bahasa sebagai alat penerang ataupun penabuh genderang perang.

Bahasa bertenaga karena kita. Dengannya kita bisa membangkitkan atau menghancurkan peradaban dunia. Jika kita bisa mengubah dunia dengan bahasa, alangkah baik bila kita memiliki bahasa penuh etika dan berbahasa untuk menjalin kasih antarsesama.  

Bahasa adalah anugerah Tuhan bagi kita, manusia ciptaan-Nya. Seperti kita, bahasa pun terlahir dan hidup di antara para karuhun. Bahasa mengalir turun-temurun hingga kepada kita generasi kiwari. Kelak kepada anak-cucu kita akan mewariskannya.

Bahasa itu hidup, tumbuh dan berkembang. Kitalah penutur yang menghidupinya. Bila tak ada lagi yang sudi menuturkannya, bahasa mati dengan sendirinya. 

Bila kita tak pernah menyiram dan memupuknya, bahasa hanya seperti adanya dari masa ke masa. Kitalah yang berperan menjaga tumbuh kembang bahasa. Bahasa berkembang menjadi baik atau buruk adalah tanggung jawab kita, para penuturnya.

Ribuan bahasa ada di muka bumi di antara milyaran manusia. Ratusan bahasa ada di negeri kita, diwariskan oleh suku-suku bangsa Nusantara. Dari sekian banyak bahasa, bahasa Indonesia tampil mempersatukan segenap suku bangsa. Aku bangga berbahasa Indonesia. Kurasa demikian juga denganmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun