Mohon tunggu...
dwi kasiyati
dwi kasiyati Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Ekonomi pembangunan

Universitas muhammadiyah malang nim 202010180311133

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merekonstruksi UMKM di Masa Pandemi untuk Stabilitas Ekonomi Indonesia

18 November 2020   12:49 Diperbarui: 18 November 2020   12:57 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: katadata.co.id

pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor yang paling terdampak selama pandemi Covid-19. agar tidak gulung tikar, idealnya UMKM harus tetap melakukan aktivitas penjualan.

Ada beberapa tahap yang bisa diterapkan agar tetap bertahan, antara lain, tetap menggeluti usaha seperti biasa jika dirasa menguntungkan, menjalankan usaha dengan strategi bisnis baru, lalu mengubah jenis usaha.

Untuk tahap pertama mungkin berlaku untuk beberapa sektor UMKM yang pasarnya tidak terlalu terkendala, seperti sektor makanan. Tahap kedua bisa diterapkan oleh pelaku UMKM di bidang fashion. Agar meraup laba, UMKM bidang fashion bisa melakukan strategi bisnis baru, seperti memberikan diskon, promo buy 1 get 1 dengan memanfaatkan stok lama, memberi hadiah untuk nominal belanjaan tertentu, atau strategi lainnya.

"Misalnya, beberapa toko ada yang memberi hadiah masker untuk pembelian sekian. Itu bisa jadi pilihan efektif dibanding kalau diskon kan bisa mengurangi laba sampai Rp 50 ribu. Kalau biaya bikin masker paling berapa. Apalagi, masker itu akan sangat dibutuhkan selama pandemi, bahkan untuk beberapa bulan ke depan.

Tahap ketiga, bagi pelaku UMKM yang sama sekali tidak bisa melakukan kegiatan selama pandemi, misalnya, event organizer. Agar tidak berhenti melakukan kegiatan , pelaku UMKM yang masuk pada klaster tersebut bisa beralih usaha untuk sementara waktu.

" ada seseorang pelaku usaha EO. Selama pandemi dia enggak bisa melakukan kegiatannya, agar tidak memecat karyawan dan memanfaatkan sumber daya yang ada, akhirnya membuka semacam jasa antar makanan atau belanja. Dan itu dia promokan lewat Whatsapp dan media sosial. Hasilnya cukup lumayan.

Meski demikian, pada kenyataannya di lapangan, kegiatan tersebut sulit untuk diterapkan dan ada banyak pelaku UMKM yang akhirnya terpaksa berhenti melakukan kegiatan. Adalah andika, owner NH Konveksi, menjadi salah satu pelaku UMKM yang terdampak. Satu bulan belakangan, ia terpaksa berhenti karena sepinya orderan. sejak Covid-19 mewabah, ada 10 proyek yang dibatalkan.

"Semua pekerja sudah dirumahkan sementara. sudah merumahkan diri selama kurang lebih satu bulan. Karena mau beraktifitas juga tidak ada kerjaan," kata andika yang berdomisili.

NH Konveksi sempat meraup berkah karena adanya pesanan alat pelindung diri (APD). Uang hasil pesanan APD tersebut bisa dipakai untuk menggaji karyawan, sebelum kemudian dirumahkan sementara

Satu bulan berhenti produksi tak membuat tabungannya kian menipis. andika pun mengaku khawatir nantinya ia tidak punya modal yang cukup untuk memulai kembali usahanya.

Sebagai solusi modal, perencana keuangan devi  menyarankan agar owner menjual atau menggadaikan aset pribadi untuk kemudian dijadikan modal usaha. Menurut devi, semua aset, baik itu dalam bentuk properti, barang elektronik, perhiasan, maupun kendaraan bisa digadai atau dijual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun