Mohon tunggu...
Dwi Yani
Dwi Yani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jurusan Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

saya orang yang suka mencoba hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Childfree", Anak Bukan Masalah tapi Amanah

17 Oktober 2022   23:36 Diperbarui: 17 Oktober 2022   23:39 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istilah "Childfree" memang sedang panas-panasnya diperbincangkan oleh masyarakat indonesia belakangan ini karena banyak menuai pro dan kontra. Diawali  dengan ada beberapa statement dari artis dan youtuber indonesia yang menjadikan childfree sebagai pilihan hidupnya bersama dengan pasangannya. "Di kamus hidup gue, 'tiba-tiba dikasih' sangat tidak mungkin. 

Menurut pendapat gue, lebih gampang gak punya anak daripada punya anak. Karena banyak banget hal preventif yang bisa dilakukan untuk tidak punya anak. Skenario ini sangat tidak mungkin terjadi," tutur Gita Savitri dikutip Zigi.id pada Kamis, 12 Mei 2022. Begitulah salah satu kutipan yang diberikan oleh salah saru YouTuber indonesia terkait dengan pandangannya untuk tidak memiliki anak. 

Selain itu, para selebriti dunia juga mempunyai pandangan serupa tentang childfree dan salah satu selebriti tersebut mengatakan bahwa ia tidak mau hidup di planet yang kotor dan menurunkannya kepada anaknya, ia akan memiliki anak jika kondisi bumi membaik. 

Jika pemikiran itu yang terpatri didalam pikiran semua pasangan suami istri maka hancurlah keluarga dan peradaban bangsa. Lalu sampai kapan kita akan menunggu bumi ini membaik, jika setiap harinya selalu ada polemik dan permasalahan yang terus menerpa tanpa ada niatan untuk berhenti dan membiarkan bumi ini damai dan sejahtera walau hanya sejenak.

Dikutip dari Oxford Dictionary, Childfree didefinisikan sebagai kondisi tidak memiliki anak. Sehingga, Childfree dapat diartikan sebagai keputusan, pilihan, atau prinsip dari masing-masing perorangan atau pasangan untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Melansir dari sehatq.com, pilihan untuk menganut prinsip Childfree dapat terjadi karena dua kemungkinan. 

Pertama, salah satu pasangan mengalami kemandulan dan memutuskan untuk tidak memiliki maupun mengadopsi anak. Kedua, pilihan untuk tidak memiliki anak dapat diterapkan berdasarkan keputusan bersama dari kedua belah pihak pasangan, tanpa didasari suatu kondisi kesehatan tertentu.

Banyak alasan yang dilontarkan oleh mereka-mereka yang setuju akan "Childfree" seperti memiliki anak akan membatasi kebebasan, akan mempengaruhi finansial, kekhawatiran genetik, rentan stres, merenggut kenikmatan kehidupan, latar belakang keluarga, lingkungan dan mental yang tidak siap menjadi orang tua dan tentang emosional. 

Dari sekian banyak alasan yang mereka lontarkan, apakah anak memang beban bagi orang tuanya hingga mereka tidak mau memiliki anak?. Lalu sampai kapan meraka akan tetap berdua menikmati hari yang bahagia tanpa adanya seorang buah hati yang menambah keharmonisan dan kehangatan hidup mereka. 

Dalam mendidik dan membesarkan anak memang membutuhkan pengorbanan yang besar dan tak terhitung, bagi seorang anak pengorbanan itu tidak akan pernah terbalas dan hal yang bisa seorang anak lakukan untuk orang tuanya adalah selalu berbakti, patuh kepada keduanya dan mendoakannya.

Childfree memang sebuah pilihan tetapi bagi seorang muslim tujuan tertinggi dari seorang muslim adalah melahirkan seorang anak yang akan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. Menurut hasil dari penelusuran hadis riwayat Imam Nasa'i No. 3175 tentang anjuran memiliki keturunan berkualitas Shahih bil al-Makna berdasarkan tinjauan takhrij. 

Adapun mengenai syarah terhadap hadis tersebut menunjukan bahwa Nabi Muhammad Saw. sangat menganjurkan bagi setiap muslim untuk menikahi wanita yang subur lagi penyayang (pengasih) untuk memperbanyak keturunan. 

Dari hasil penelitian hadis tersebut, didalam agama islam kita dianjurkan untuk memiliki anak dan memperbanyak keturunan. Selain itu, menikah juga merupakan perantara untuk mlahirkan anak-anak yang sholeh,  jika tidak ada pernikahan maka tidak akan ada anak yang sholeh. 

Dalam membangun bahtera rumah tangga yang diridhai oleh allah maka kita harus memperbaiki niat terlebih dahulu jangan sampai kita salah niat dalam menjalankannya. Kemudian dalam mendidik anak kita juga harus menanamkan nilai agama agar anak tersebut tahu mana perbuatan yang baik mana yang buruk dan anak tersebut juga akan tahu apa-apa saja perintah dari sang maha pencipta. 

Jika kita lihat dari sudut pandang pemerintah maka childfree ini akan sangat sangat berpengaruh pada masalah sosial, ekonomi dan demografi negara, karena digadang-gadang indonesia akan mengalami bonus demografi dimana penduduk usia produktif lebih tinggi daripada penduduk usia non-produktif. Apabila keputusan childfree banyak diambil oleh pasangan suami istri makan akan mempengaruhi bonus demografi dan laju pertumbuhan, serta jika pertumbuhan penduduk rendah maka akan menjadi beban negara.

Ada juga yang berpendapat bahwa penduduk di indonesia sekarang sudah sangat banyak dan tidak ingin menambah populasi lagi dan pasutri juga bisa mengadopsi anak dari panti atau yayasan. Memang penduduk indonesia sangat banyak tapi kita masih bisa hidup dan menghirup udara ditengah padatnya populasi ini dan pemerintah juga sudah sejak lama mencanangkan program KB untuk mengatur jumlah kelahiran dan populasi penduduk.  Sebenarnya bukan wilayah atau penduduk yang harus dikurangi tetapi hati yang harus dilapangkan, bukan ego yang harus selalu diagungkan dan dijunjung tinggi.

Lalu untuk masalah anak yang bisa diadopsi, memang hal seperti itu bisa dilakukan tetapi momen-momen sorang ibu itu yang tidak akan kita dapatkan, sensani mengandung, ngidam, melahirkan, melihat anak tumbuh dan berkembang mulai dari belajar tengkurap, berjalan dan memanggil kita dengan sebutan "ibu". 

Dimana momen itu akan kita dapatkan sebagai orang tua yang sebenarnya. Disaat kita tua, anaklah yang akan menjaga dan merawat kita kalau mereka tidak ada maka kesepianlah yang akan kita jalani setiap harinya tanpa ada teman untuk sekedar bercerita dan mengenang masa lalu yang pernah dijalani dan menjadi kisah yang sangat indah dikemudian hari. 

Memang sekarang kita tidak meraskannya tapi ketika kita sudah mulai menua, disitulah kita baru menyadari bahwa keputusan yang diambil di masa lalu adalah sebuah kesalahan yang tidak akan pernah bisa kembali diulang.

Manusia memiliki takdir dan rezekinya masing-masing begitu juga seorang anak pasti juga memiliki rezekinya tersendiri jadi jangan khawatir akan kesulitan finansial, memang terkadang manusia memang diuji terlebih dahulu sebelum diberi kenikmatan yang datang entah dari mana asalnya. Kehidupan masih sangat panjang tapi kita sudah berpikir terlalu jauh akan masa depan yang belum pasti akan terjadi sesuai dengan ekspektasi dan mereka lupa bahwa masih ada yang maha kuasa untuk mengatur kehidupan mereka kedepannya akan berakhir dengan bahagia atau berakhir dengan kesengsaraan dan kesendirian. 

Seorang anak bukan perusak kebahagiaan kedua orang tuanya dan bukan pula menambah bebannya, anak adalah amanah dari sang pencipta, penyemangat bagi orangtuanya yang baru pulang kerja, penghibur orang tuanya dikala terpuruk akan keadaan yang tiba dan pelengkap didalam keluarga yang bahagia. 

Memang ada sebagian pasangan suami istri yang bahagia hanya tinggal berdua, melakukan semuanya berdua sampai lupa bahwa mereka membutuhkan seorang anak untuk merawat mereka di hari tua. 

Ada yang mengatakan bahwa kita tidak perlu anak, kita bisa menabung untuk persiapan hari tua, lalu apa gunanya sanga maha pemilik segalanya jika kita sudah merencanakan sesuatu tanpa ingat bahwa kedepannya ada banyak masalah yang tiba-tiba akan diterima dan kita sebagai manusia yang masih banyak memiliki dosa sudah berani merancang masa depan yang belum pasti akan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun