Tidak semua remaja berani melangkah keluar dari zona nyaman, apalagi hingga menorehkan prestasi di tingkat nasional bahkan internasional. Namun, Muhammad Nauval Abdillah, pemuda asal Jawa Timur berusia 18 tahun, membuktikan bahwa kerja keras, konsistensi, dan keberanian mengambil peluang dapat membuka jalan menuju pencapaian besar. Dengan hobi fotografi dan semangat bersaing yang unik, ia menempatkan kompetisi bukan sekadar ajang perebutan juara, melainkan sarana untuk mengukur kemampuan dan melatih mental menghadapi dunia luar.
Perjalanan pendidikannya dimulai dari SDN Sambi 1, kemudian MTsN 5 Kediri, hingga MAN 1 Kota Kediri. Sejak sekolah dasar, Nauval menunjukkan ketertarikan untuk terus berkembang, baik dalam akademik maupun non-akademik. Baginya, lomba adalah ruang belajar yang nyata, tempat ia menemukan potensi, sekaligus barometer sejauh mana dirinya mampu bersaing di tengah lingkungan yang penuh tantangan.
Prestasi Nauval membentang luas dari lokal hingga internasional. Ia pernah meraih juara harapan 2 Cerdas Cermat Jumbara 2022 di tingkat kota, juara 3 Pertolongan Pertama Aksara Wira STIKES Patria Husada 2024 di tingkat provinsi, hingga sederet prestasi bergengsi di tingkat nasional: juara 3 Lomba Robotik Nasional IoT Technocorner UGM 2024, juara 2 Lomba Fotografi UNP Bangunan Sejarah 2024, dan juara 3 Gebyar Seni Jayapalmera XI Nasional UM 2025. Bahkan di kancah internasional, ia berhasil membawa pulang juara umum 2 kategori sumo pada IRTC Kuala Lumpur 2023 sebuah pencapaian yang membanggakan, namun ia tidak berhenti sampai di situ, melainkan terus mencoba dan akhirnya memenangkan berbagai perlombaan.
Baharuddin Ilham Habibie : Pemuda Prestasi dengan Semangat Menginspirasi
Kharisma Tsany Ramadhani : Suara Tegas yang Menginspirasi Lewat Dakwah dan Prestasi
Dari semua pencapaian itu, lomba robotik dan cerdas cermat menjadi pengalaman paling berkesan. Di sanalah Nauval benar-benar diuji secara kritis, menghadapi dosen-dosen UGM hingga menyusun strategi tim. Ia bangga bukan hanya karena menang, tetapi juga karena mampu memberi kontribusi nyata pada kemenangan tersebut. Dari sini, ia belajar bahwa kemenangan sejati tidak datang dari ambisi pribadi, melainkan dari kerja sama dan proses yang dilalui bersama.
Namun, perjuangannya tentu tidak selalu mulus. Dana riset untuk robotik, waktu yang lebih banyak tersita di sekolah, hingga restu orang tua yang sempat goyah menjadi tantangan tersendiri. Meski demikian, hal itu justru membuat Nauval lebih dewasa dalam memandang sebuah kompetisi. Ia menyadari bahwa lomba bukan hanya soal trofi, tetapi tentang perjalanan panjang untuk menemukan jati diri dan membentuk mental tangguh.
Motivasi awalnya memang karena jalur SNBP, namun seiring waktu, Nauval menemukan makna yang lebih dalam. Prestasi bukan sekadar tiket masuk universitas, tetapi juga sarana mengasah karakter, memperluas jaringan, dan menumbuhkan rasa percaya diri. Prinsip yang ia pegang sangatlah jelas "sekali ikut lomba, harus bisa memberi manfaat lebih, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi lingkungan sekitar."
Harapan Nauval untuk generasi muda sangatlah sederhana "bersainglah dengan jujur, meskipun lingkunganmu juga belum tentu jujur." Menurutnya, ambisi yang terlalu besar justru bisa menjatuhkan, sementara usaha yang konsisten akan selalu membuahkan hasil. Ia percaya bahwa anak muda Indonesia mampu menjadi agen perubahan, asalkan berani melangkah dan konsisten menekuni jalan yang dipilih.