KOMPASIANA - Di masa booming-nya sekitar 2016-2017 pemberitaan media masa online/cetak masih diwarnai dengan konflik antara ojek online (Gojek, Uber, dan Grab) dan konvensional. Bahkan hampir diseluruh kota driver konvensional melakukan penolakan untuk transportasi online.
Dilansir dari Tirto.id, pada 14 Maret 2016, ratusan pengemudi angkutan umum terdiri dari pengemudi taksi, kopaja, dan bajaj di Ibu Kota berunjuk rasa di Kantor balai Kota DKI Jakarta. Mereka menuntut pemerintah untuk menertibkan angkutan umum berbasis aplikasi. Bukan tanpa alasan, mereka (konvensional) menganggap dengan adanya transportasi online, pendapatan mereka (konvensional) semakin berkurang.
Tidak jauh berbeda dengan di Jakarta, di Makassar, puluhan pengemudi angkutan kota (angkot) dan taksi konvensional melakukan aksi protes di kantor DPRD Provinsi Sulawesi Selatan. Para pengunjuk rasa mendesak pemerintah menutup dan memblokir transportasi online. Alasannyapun sama, yakni mengurangi pendapatan pengemudi konvensional dan menurunkan taif yang diberlakukan Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan.
Dengan alasan yang sama, unjuk rasa juga menyebar ke kota-kota di Indonesia, seperti di Malang, Tanggerang, Solo, Medan, dan Bandung.
Dibalik perselisihan tersebut, banyak masyarakat di masa sekarang, dapat dikatan sudah tidak bisa berpisah dengan transportasi online. Pasalnya, hanya dengan memanfaatkan smartphone, mayoritas masyarakat sudah bisa memesan transportasi online (mobil/motor) dan memesan makanan.
Namun yang menariknya, di 2019 tersisa dua perusahaan besar penyedia jasa transportasi online, yaitu Gojek dan Grab.
Kedua perusahaan tersebut, bisa dikatakan berlomba-lomba untuk memberikan pelayanan terbaiknya untuk masyarakat Indonesia. Bahkan, tidak dapat dipungkiri, kedua perusahaan tersebut, juga berlomba-lomba untuk menguasai pasar transportasi online di Indonesia.
Hal tersebut rasanya wajar-wajar saja dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut. Pasalnya menurut laporan Google dan Temasek e-conomy SEA Report 2018, ekonomi digital Indonesia memiliki pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara.
lalu dari kedua perusahaan tersebut, kira-kira siapa yang lebih unggul yah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis mencoba menghadirkan data-data yang menarik dan pastinya relevan.
GojekÂ