Di tengah dinamika gaya hidup dan perubahan zaman, kehidupan berbangsa pun mengalami berbagai transformasi. Dalam situasi ini, peran guru tidak lagi terbatas sebagai pengajar, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai moral dan kebangsaan.
Di lingkungan sekolah Islam, tantangan ini menjadi semakin kompleks. Guru dituntut untuk menanamkan akhlak Qur'ani sekaligus membentuk generasi yang cinta tanah air. Dua misi besar ini harus diemban secara seimbang dan menyeluruh.
Oleh karena itu, penting untuk terus merefleksikan dan menyelaraskan nilai-nilai Islam, pendidikan, dan nasionalisme agar ketiganya dapat berjalan beriringan bukan saling bertentangan. Dengan demikian, kita dapat melahirkan generasi yang berakhlak mulia, berilmu, serta memiliki komitmen kuat terhadap keutuhan dan kemajuan bangsa.
Dalam upaya memperkuat wawasan kebangsaan, para guru di sekolah Islam terpadu Sahabat Qur'an dibekali materi kebangsaan yang disampaikan oleh narasumber dari Kodim 0413/Bangka. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Leadership Training yang dirancang khusus untuk meningkatkan kapasitas dan tanggung jawab kebangsaan para pendidik.
Pembekalan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan semangat kebangsaan di kalangan guru, agar nantinya mereka dapat mentransfer nilai-nilai tersebut kepada para murid secara efektif dan inspiratif. Dengan demikian, proses pendidikan tidak hanya membentuk karakter religius, tetapi juga memperkuat jiwa nasionalisme generasi muda.
Materi yang disampaikan oleh personel Kodim 0413/Bangka mencakup topik-topik penting seperti Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Penyampaian materi difokuskan pada pemahaman yang mendalam mengenai identitas nasional, sejarah, budaya, serta nilai-nilai yang membentuk jati diri bangsa.
Wawasan kebangsaan berfungsi sebagai pengikat seluruh elemen masyarakat dalam satu kesatuan negara, sehingga tercipta rasa persatuan dan saling menghormati antarwarga. Selain itu, wawasan kebangsaan juga menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya, sejarah, dan simbol-simbol negara; mendorong ketaatan terhadap aturan serta keadilan; membangkitkan partisipasi aktif dalam proses politik; dan berkontribusi dalam menjaga stabilitas serta keamanan negara.
Nilai-nilai kebangsaan tidak hanya hidup dalam simbol dan sejarah nasional, tetapi juga tercermin kuat dalam kekayaan budaya lokal. Kebudayaan Bangka Belitung, misalnya, menawarkan banyak pelajaran berharga tentang toleransi, persatuan, dan kearifan lokal. Hal ini juga disampaikan dalam penyampaian materi yang juga dikaitkan dengan kekayaan sosial-budaya Bangka Belitung.
Di Bangka Belitung, masyarakat dari berbagai latar belakang seperti Melayu, Tionghoa, Bugis, dan lainnya hidup berdampingan secara harmonis, saling menghormati dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kegiatan keagamaan dan adat istiadat. Kodim 0413/Bangka menegaskan bahwa semangat toleransi dan persatuan yang telah lama terjaga di Bangka Belitung merupakan cerminan nyata dari implementasi wawasan kebangsaan di tingkat lokal.
Dalam kegiatan pembekalan, peserta juga diajak untuk mewaspadai berbagai tantangan kebangsaan masa kini, seperti rasisme dan degradasi moral di kalangan anak-anak. Salah satu pesan penting yang disampaikan adalah
"Jika terdengar ada anak yang berkata 'itu Jawa, Sunda, Melayu', maka ajarkanlah bahwa kita adalah Indonesia."
Pesan ini menggarisbawahi pentingnya menanamkan semangat persatuan sejak dini, agar generasi muda tumbuh dengan identitas kebangsaan yang kuat dan menghargai keberagaman sebagai kekayaan, bukan perbedaan yang memisahkan.
Selain itu, peserta juga diajak untuk mengenalkan budaya lokal kepada anak-anak sejak dini, khususnya budaya khas Bangka Belitung. Salah satu contohnya adalah tradisi nganggung, yaitu kegiatan makan bersama dengan membawa dulang (nampan besar) berisi hidangan yang dibagikan dan dinikmati secara kolektif.
"Perkenalkan tradisi nganggung kepada anak-anak, dan selipkan nilai-nilai kebudayaan lokal di setiap kesempatan. Dengan cara ini, mereka tidak hanya mengenal akar budayanya, tetapi juga tumbuh dengan rasa cinta yang lebih dalam terhadap tanah air."
Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan kekeluargaan yang sangat kuat.
Diharapkan, tradisi seperti nganggung dapat terus diperkenalkan dan dilestarikan, misalnya melalui pelibatan dalam acara-acara besar di sekolah maupun kegiatan masyarakat. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya mengenal budaya leluhur mereka, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap identitas lokal sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional.
Dengan pembekalan ini, guru-guru Sahabat Qur'an diharapkan menjadi agen-agen moderasi, toleransi dan nasionalisme. Perpaduan antara nilai-niali Islam yang damai dan semangat kebangsaan yang kokoh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI