Mohon tunggu...
Liese Alfha
Liese Alfha Mohon Tunggu... Dokter - ❤

Bermanfaat bagi sesama Menjadi yang terbaik untuk keluarga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bucin, Bukti Cinta Atau Kekerasan?

1 Desember 2019   15:11 Diperbarui: 1 Desember 2019   15:14 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kekerasan dalam hubungan antar manusia, disini yang dibahas adalah hubungan asmara, dibagi menjadi lima bentuk kekerasan.

  1. Kekerasan sosial-membatasi pergaulan pasangan
  2. Kekerasan psikologis-meremehkan, merendahkan, selingkuh
  3. Kekerasan fisik-menyakitkan pasangan secara fisik mulai dari menampar, menendang, memukul
  4. Kekerasan seksual-aktifitas seksual yg sifatnya maksa, menyakiti pasangan
  5. Kekerasan ekonomi- tindakan memanfaatkan pasangan secara sepihak

Bentuk kekerasan yang sering terjadi namun jarang disadari adalah kekerasan sosial dan psikologis. Namun tahukah bahwa dampak yang dirasakan kemudian akan sama bahkan lebih besar dari kekerasan fisik yang diterima. Mba Diana Putri Arini, M.Psi.Psikolog, sebagai pembicara kedua dari Lentera Jiwa memisalkan seekor gajah kecil yang dirantai di salah satu kakinya. Awalnya gajah kecil meronta menarik rantai berharap lepas, lama kelamaan gajah merasa bahwa dia tidak akan mampu. Namun gajah kecil lalu tumbuh menjadi besar, harusnya mampu menarik rantai dari tonggaknya. Tapi tidak, gajah tadi yakin rantai tadi sama kuatnya dengan rantai sebelumnya, dan kekuatan dirinya pun sama dengan kekuatan dirinya sebelumnya, maka ia berhenti berusaha.

Remehan, sikap merendahkan, awalnya memang menyakitkan untuk semua orang. Tapi untuk yang sudah "terbiasa" dan akhirnya benar-benar "percaya" bahwa dirinya rendah, tentu akan mematahkan semangat hidup seseorang. 

"Siapa lagi yang mau sama kamu kalau bukan aku!"

"Kamu tuh sudah gak perawan lagi, wanita murahan!"

"Jelek gini, untung ada yang mau!"

"Gendut amat sih!"

Lihat kalimat-kalimat merendahkan di atas. Sounds familiar? Baik sebagai pelaku ataupun korban, stop. Itu adalah salah satu bentuk silenced violence-jangan dianggap biasa. Atas nama cinta.

Perempuan Sering Menjadi Korban

Kenapa sih korban kekerasan kebanyakan adalah perempuan? Banyak faktor yang melandasi. Konstruksi budaya- posisi laki-laki yang dianggap lebih tinggi dari perempuan adalah faktor yang paling sering menjadi pemicu. Hal ini dibuktikan dari nilai previlage di sosial, budaya dan agama sehingga menjadi masalah bila ada ketimpangan kekuasaan. Relasi kekuasaan-perempuan tidak bisa memberikan posisi tawar. Kekerasan terjadi karena adanya penyalahgunaan ketimpangan kekuasaan tadi.

Dinamika psikologis antara laki-laki dan perempuan juga menjadi alasan kenapa perempuan sering menjadi korban. Laki-laki yang menjadi pelaku kekerasan sebenarnya adalah mereka yang merasa inferior terhadap dirinya sendiri sehingga membutuhkan kompensasi dengan melakukan tindakan kekerasan, apapun bentuk kekerasannya. Perempuan pada dasarnya memiliki sikap non asertivitas-gak enakan yang ujungnya mudah dimanfaatkan. Ketika sudah memutuskan bersama seseorang, perempuan cenderung bergantung secara emosional. Dan kebanyakan perempuan yang menjadi korban adalah mereka yang rendah diri. Terlebih untuk perempuan yang tidak mandiri secara finansial, perasaan takut karena menjadi korban kekerasan diikuti perasaan tidak mau lepas karena merasa butuh dengan pasangan. Takut kehilangan perasaan nyaman meskipun tidak aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun