Mohon tunggu...
Ariesa Pandanwangi
Ariesa Pandanwangi Mohon Tunggu... Dosen - Perempuan, tinggal di Bandung

Staf pengajar PT Swasta di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PAMERAN REUNI VISUAL #2

27 Juni 2016   15:23 Diperbarui: 27 Juni 2016   15:23 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alumni Fakultas Pendidikan Seni Rupa dan Desain jurusan SENI RUPA, bekerja sama dengan AHIMSA, Galeri Seni Popo Iskandar (GSPI) dan Komunitas 22 Ibu  menggelar Pameran REUNI VISUAL #2 yang mengusung tajuk CREATIVE CULTURAL URGE (Hasrat Budaya Kreatif) yang dikuratori oleh Tri Karyono. Pameran akan diselenggarakan di Tempat: Galeri Seni Popo Iskandar (GSPI) jalan Setiabudi no. 268 Bandung.

Pameran ini merupakan persembahan dari para alumni UPI dalam rangka mendukung hari anak nasional (23 Juli 2016). Melalui karya yang dipamerkan ini, diharapkan anak mendapatkan transfer of values baik dari pesan moral karya seni maupun memotivasi dalam pembiasaan berekpresi seni dan berpameran. Keteladanan guru berkarya pun merupakan integritas guru dan karakter guru yang menunjukan sikap positif dalam memekarkan daya cipta anak. Pameran ini akan melibatkan banyak alumni, lintas angkatan dengan latar belakang profesi yang beragam dari dosen, guru, desainer, perupa, pengusaha, juga birokrat yang berasal dari lintas institusi dan tinggal di lintas negara. Mereka disatukan dalam sebuah pameran yaitu REUNI VISUAL #2. Pameran akan dibuka oleh Dekan FPSD, pada tanggal 23 Juli 2016 pukul 16.00-18.00. Pameran dibuka untuk umum 24 Juli 2016 -14 Agustus 2016, pkl. 09.00-16.00. Bagi para alumni Seni Rupa UPI silahkan mengisi formulir keikutsertaan pameran dibawah ini: http://goo.gl/forms/jHRBwmnvHAj8J0i12

Silahkan datang ke Pameran REUNI VISUAL #2 untuk mengapresiasi.

Hasrat Budaya Kreatif

(creative cultural urge)

Kurator:  Tri Karyono

Pendidikan merupakan salah satu prioritas pemerintah pusat sebagai pelayanan dasar pada masyarakat untuk memenuhi kepentingan dasar negara. Pendidik sebagai pelayan pendidikan wajib mengembangkan kompetensi yang menunjang kegiatan profesinya. Sebagai pendidik seni (guru) mengusung tiga fondasi penting yaitu: Intellectual, Moral, and Physical (Spencer dalam Ziegfeld, 1953:7). Sekaitan dengan hal itu hasrat intelektualitas pendidik diantaranya dapat dilihat dari sejumlah kemampuan dalam berstrategi mentranformasikan ilmu pada anak didiknya. Moralitas pendidik menjadi jaminan karena memberikan berbagai keteladanan dalam segala perilakunya. Pendidik adalah sosok yang sehat jasmani dan ruhani karena dalam menjalankan tugasnya dituntut prima penampilan untuk meyakinkan pengetahuan dan nilai-nilai yang disampaikannya.

Pendidik dituntut kreatif sepanjang masa karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjalar dengan pesat diberbagai sektor. Respon positif terhadap hal itu dapat ditunjukan pendidik melalui “unjuk kabisa” atawa unjuk karya yang dilakukan secara rutin. Kali inipun para pendidik yang notabene alumni pendidikan seni rupa UPI akan menjalan fungsi sesuai dengan porsi dan tanggungjawabnya melaksanakan ‘kewajiban itu’. Berpameran adalah wujud keteladanan, sebagai pendidik seni rupa diharapkan karena resultan dari karya nyata para guru memotivasi para siswanya. Mendikbud Anies Baswedan dalam pameran 65 karya guru seni budaya yang bertajuk “Alur” mengatakan “anak-anak bisa belajar, tidak hanya dari kata-kata para gurunya, melainkan juga dari karya nyata guru-gurunya dan rasanya kita bisa optimis bahwa Indonesia nanti akan punya anak-anak yang akan bisa menjadi seniman hebat karena guru-guru seninya adalah seniman yang hebat” (Berita Kemendikbud, 26 April 2016). Masyarakat pun hakekatnya menuntut para guru kreatif serta dapat menunjukan kepada publik,  dari tanggungjawab melaksanakan empat kompetensi guru berkarakter yakni professional, paedagogik, personal dan sosial yang dapat diakumulasikan dalam wujud karya seninya.

Para perintis pendidikan IKIP Bandung (UPI) seperti Barli Sasmita, Popo Iskandar, Wiyoso YS, Oho Garha, Nana Banna, Hidayat dan lainnya telah memberikan keteladan tentang hal itu. Mereka selain pendidik juga seniman handal yang tetap berkarya sepanjang hayatnya. Mereka adalah Seniman yang mampu menjadi guru dan guru bagi para seniman yang telah banyak melahirkan praktisi seni juga pendidik seni. Mereka telah berhasil melekatkan estapeta tradisi “Guru Seniman dan Seniman Guru” yang memberikan keteladanan bagi murid-muridnya.

Guru berkarya dan berpameran seni rupa memiliki urgensi keteladanan yang dapat membentuk karakter bagi anak didiknya. Rangsang daya cipta memiliki posisi yang kuat bagi perkembangan kreativitas anak. Oleh sebab itu Einstein pernah mengatakan “Imagination is more importhant than knowledge” karena kreativitas merupakan akar dari segala macam produktifitas yang akan melahirkan berbagai karya inovatif. Hari anak nasional adalah momentum yang menyadarkan kita, agar seluruh komponen bangsa melaksanakan fungsi dan kewajibannya untuk mengembangkan wahana yang sehat dan ramah untuk membentuk anak bangsa yang cerdas, kreatif dan berahlak mulia.

Selamat berkhidmat dalam memperingati anak nasional dan semoga pameran ini memberikan kontribusi dalam upaya mencerdaskan anak bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun