Mohon tunggu...
Dudi safari
Dudi safari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Literasi

Aktif di Organisasi Kepemudaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentang Dakwah Pelosok

19 Januari 2022   18:00 Diperbarui: 19 Januari 2022   18:38 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Gleilson Miranda

"Kami tidak akan menyiksa suatu kaum sehingga kami utus pada mereka seorang utusan" QS. Al-Isra 15

Pada dasarnya setiap umat itu pasti ada penyeru agar mereka berbuat baik, karena secara historis manusia tidak mungkin jadi dengan sendirinya, artinya ada proses berkembang biak serta menyebar.

Berkembang biak dan menyebar ini adalah memang proses yang alamiah adanya dan dalam keyakinan mayoritas bahwa manusia sebagai homosapiens (manusia cerdas) berasal dari satu generasi yang sama yakni adam dan hawa.

Jika kita merunut asal mula penyebaran manusia di muka bumi ini adalah pasca banjir bah nabi Nuh As. setelah terselamatkannya nabi Nuh As. beserta para pengikutnya, mulailah anak keturunan Nuh As. menyebar ke seantero sudut bumi.

Ketiga putra nabi Nuh As. itu adalah Sam, Ham dan Yafits. Sam adalah moyang bangsa Arab, Ham adalah moyang bangsa Habsyah dan Yafits adalah moyang bangsa Rum. Sam menurunkan bangsa Semit yakni Arab, Timur Tengah dan sekitarnya. 

Yafits menurunkan ras Yafetik yang menghuni kawasan sekitar Laut Hitam, Eropa timur dan pegunungan Althai Mongolia. Sementara Ham menurunkan suku bangsa Afrika, yakni Sudan, Mesir dan sekitarnya.

Setelah dunia damai dan tenang pasca banjir air bah 3400 SM. Dikatakan sebab terjadinya air bah adalah murka Allah terhadap pembangkangan kaum nabi Nuh As. maka menyebarlah ketiga anak cucu keturunan Nuh As. ke seantero bumi  untuk melanjutkan misi sang ayah yaitu menyebarkan kedamaian ke seluruh alam.

Itulah awal mula dakwah pelosok yang di kemudian hari akan terus dilakukan secara turun-temurun oleh generasi penerus. Sejak empat Milenium sebelum Masehi tak ada hentinya dan memang begitu sunatullahnya sampai akhir zaman.

Memelihara tanaman bisa lebih sulit dari sekedar menanamnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun