Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidikan Sastra di Sekolah Itu Seni atau Ilmu? Membaca Gagasan Sapardi Djoko Damono

10 Maret 2023   00:36 Diperbarui: 10 Maret 2023   18:11 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sapardi Djoko Damono, sastrawan dan dosen UI pada Temu Kritikus dan Sastrawan, 12-16 Desember 1984.(KOMPAS.com, Don Sabdono)

Bulan Maret di tahun 1940 seorang sastrawan Indonesia lahir di Surakarta, Jawa Tengah. Beliau adalah Sapardi Djoko Damono. Karya-karyanya hingga kini terus mewarnai dunia sastra Indonesia. Dari puisi, cerpen, terjemahan sastra, dan pemikirannya seputar sastra, kerap menjadi panutan di dunai sastra Indonesia.

Produktivitas Sapardi Djoko Damono bukan hanya menulis, tapi beliau juga seorang guru, lebih tepatnya guru besar atau prosesor di bidang sastra. SDD ( sebutan singkat) tercatat sebagai pengajar di Universitas Indonesia dan Institut Kesenian Jakarta.  

Pada tahun 2020, SDD wafat di Tangerang Selatan.  SDD meninggalkan sejumlah pemikiran tentang pendidikan khususnya pendidikan sastra. Gagasan beliau tercatat dalam buku "Sastra dan Pendidikan", yang diterbitkan oleh penerbit Pabrik Tulisan, tahun 2021.

Bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia, gagasan beliau mengenai pendidikan sastra sangat penting untuk dipelajari. Saya coba memahami sejumlah gagasan beliau tentang pendidikan sastra, dari sejumlah bab dalam buku "Sastra dan Pendidikan". Berikut ini uraian singkatnya.

Buku Sastra dan PendidikanSumber: www.gramedia.com/products/sastra-dan-pendidikan
Buku Sastra dan PendidikanSumber: www.gramedia.com/products/sastra-dan-pendidikan

Mempelajari karya sastra lebih utama, dibanding mengenal nama sastrawan

Sastra dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah sebaiknya tidak dipenuhi dengan istilah-istilah. Pendapat SDD tersebut muncul karena ada anggapan umum bahwa semua yang diajarkan di sekolah harus berupa ilmu, maka buku-buku sastra di sekolah banyak dipenuhi dengan konsep-konsep, istilah-istilah, daftar karya sastra, riwayat hidup sastrawan, namun karya sastranya hanya sedikit.

Pembelajaran sastra  yang memfokuskan nama-nama sastrawan dan istilah-istilah dalam sastra, yang harus dihafal oleh siswa kerap dianggap sebagai tujuan pengajaran sastra. Menurut SDD hal tersebut tidak sepenuhnya tepat.

Beliau mengingatkan bahwa salah satu tujuan pengajaran sastra adalah untuk membekali siswa dengan kekayaan rohani bangsa yaitu dengan karya sastra. Sastra merekam nilai-nilai yang dianggap penting oleh suatu bangsa, dan oleh karena itulah sastra perlu diajarkan.

Menurut Sapardi Joko Damono, yang terpenting dari sastra sebagai pembelajaran di sekolah ialah karya sastra itu sendiri. Kalau pun sastra sebagai "ilmu" tetap diperlukan di sekolah, maka kebiasaan menulis akan membantu siswa untuk lebih mudah mengenali istilah-istilah dan konsep kebahasaan dalam karya sastra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun