Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kalimat Tidak Harus S-P-O-K

4 Januari 2021   23:39 Diperbarui: 6 Juni 2021   13:58 7745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://unsplash.com/photos/POMpXtcVYHo

         Bagi kamu yang sedang belajar menulis cerita, mau tidak mau kamu perlu memahami ragam bentuk kalimat.  Walau kalimat dapat saja keluar secara otomatis, tapi  penggunaan kalimat dalam ranah tulis tidak selalu sama dengan ranah lisan.  Ada proses dimana kamu merasa perlu untuk menata susunan dan penggunaan kata-kaanya agar lebih efektif, logis, menarik, dan maknanya tersampaikan dengan utuh.    

          Kalimat memilik pola-pola yang sejak dulu telah dirumuskan oleh banyak ahli bahasa (linguis). Alangkah asyik kalau saja kamu yang sedang belajar di Sekolah Menengah, menguasai pola-pola kalimat itu. Agar ketika menulis karangan, cerpen, atau novel, kamu dapat terhindar dari  penyusunan kalimat yang monoton, serta menjadi  lebih percaya diri untuk mengeksplorasi bentuk kalimat.

         Kamu tentu sudah kenal dengan istilah Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel) dan Keterangan (K) bukan? Atau mungkin kamu sudah sering mempelajari pola kalimat SPOK? Nah,  dalam karya tulis sebetulnya kamu dapat menyusun kalimat tidak hanya dengan  pola kalimat tersebut. Sebab berdasarkan perilaku unsur predikatnya (P), terdapat setidaknya enam pola pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia  yang menarik untuk kamu ketahui. Berikut ini saya coba uraikan secara sederhana. 

1.S+P.

         Kamu mungkin kesulitan ketika mendeskripsikan suasana cerita sehingga terlalu bertele-tele. Padahal kamu bisa saja membangun narasi dengan sederhana, singkat dan padat. Misalnya, kamu dapat menyusun kalimat menggunakan pola S ( Subjek) + P (Predikat).  Berikut ini contohnya:

a. Si kecil     sudah tidur.

            S                 P      

b. Pengasuhnya  sudah pulang.

       S                                         P

(Sumber kalimat: Cerpen Budak Cinta. Seno Gumira Ajidarma. Kompas, 20 Januari 2019)

         Kamu tidak perlu khawatir kalimat seperti itu salah, atau tidak sesuai kaidah. Tenang saja. Kamu memang tidak perlu menyertakan objek dalam kalimat dengan karakter predikat (P) seperti kalimat tersebut. Pola kalimat itu disebut dengan kalimat intransitif atau tidak mewajibkan kehadiran unsur O (objek). Pola ini efektif untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa atau kejadian singkat atau sudah terjadi seperti dalam dialog  ataupun narasi cerpen/novel. Ciri-cirinya kamu dapat menggunakan predikat yang berupa kata kerja bentuk dasar atau tidak berimbuhan, yakni seperti kata tidur dan pulang dalam kalimat (a) dan (b )itu.


2. S+P+PEL
         Kamu juga dapat gunakan pola kalimat S+P+Pel. Pola ini dapat digunakan  untuk menyusun kalimat singkat dan sederhana, namun tetap dapat membangun suasana cerita. Seperti pada contoh berikut:


a. Misbahul  menangis  terisak-isak.
                S                P                 Pel
b. Kita  gendong bergantian.
        S          P               P

(Sumber kalimat: Cerpen.Budi Darma. Kita Gendong Bergantian.  Kompas, 29 November 2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun