Mohon tunggu...
Drajatwib
Drajatwib Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis amatiran

Menggores pena menuang gagasan mengungkapkan rasa. Setidaknya lebih baik daripada dipendam dalam benak, terurai lenyap dalam pusaran waktu.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gunung Agung, Wisata Bali dan Orang Jaman Now

8 Desember 2017   09:46 Diperbarui: 8 Desember 2017   10:11 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu perbedaan menonjol antara orang jaman now dengan orang jadul salah satunya adalah interkoneksi antar individu yang sangat intens. Orang jaman now saling terhubung satu dengan yang lain layaknya hidup dalam jaring laba-laba dimana setiap orang bisa tau apa saja yang terjadi pada orang lain dan lingkungannya. 

Beda dengan orang jadul yang mempunyai tingkat privasi yang cukup dan leluasa melenggang tanpa saling tahu apa yang terjadi dan sedang dilakukan. Jaman now, bahkan seorang tukang sayur-pun punya jejaring dan terhubung dengan ibu-ibu di lingkungan perumahan sebagai pelanggannya. 

Seorang ibu yang esok ingin masak sayur lodeh dan goreng tempe-garing dan beberapa lauk pelengkap termasuk kerupuk bisa memesan malamnya dan esok hari sudah diantar kedepan rumah oleh si tukang sayur. Hal lain, orang jaman now dalam sesaat pun bisa menjadi expert dalam banyak bidang hanya karena akses pengetahuan dan informasi terbuka lebar melalui berbagai kanal-publik. Istilah-istilah teknis pengetahuan yang tadinya milik segelintir pakar seketika bermunculan menjadi bagian dari percakapan sehari-hari. Mau istilah dalam bidang apapun tinggal pilih dan cari penjelasan singkatnya melalui internet, jadilah orang kebanyakan layaknya pakar bicara masalah teknis keilmuan.

Di Bali; bahkan diseantero negeri ini kejadian menggeliatnya gunung Agung dengan detail bacaan setiap sensor pemantauan bisa segera diketahui oleh publik dalam waktu sesaat melalui kanal publik resmi milik PVMBG. Sehingga setiap orang seolah berada dekat dengan titik pantau dan merasa terancam keselamatannya hanya karena bisa membaca semua rekam sensor meski jaraknya jauh diluar daerah bahaya dan sejatinya bisa tidur nyenyak atau tetap bisa menikmati hidup tanpa kecemasan apapun. Resiko bahaya yang berada dalam radius tertentu seolah melebar sedemikian luas sejauh orang mengartikannya. 

Gejala ini diramaikan oleh media informasi sebagai bagian dari penyedia "bahan percakapan dan gosip". Gunung yang jika meletus oleh pakar hanya diduga berdampak langsung pada kehidupan sekitarnya dalam jarak 10km seolah melebar menjadi ratusan kilometer bahkan seluas pulau. Orang jaman now cepat mempersipkan diri; melakukan pencegahan dan pengurangan resiko bahaya meski mereka sebenarnya juga tidak akan terdampak. 

Orang takut bepergian dan yang sudah ada dalam pulau segera pergi meninggalkannya karena takut menghadapi resiko yang tidak akan pernah diterima. Pulau yang tadinya hingar bingar dengan segala keindahannya yang masih tetap ada, menjadi sepi, dunia usaha mulai terpuruk. Banyak jasa tidak ada peminatnya; banyak usaha mulai terbengkelai dan orang mulai berhemat dalam kesepian sambil terus menghibur diri dalam kebersamaan didunia "maya".

Orang jaman now....memang suka hidup dalam kecemasan dan ketakutan yang diciptakannya sendiri dari gegar-interkoneksi yang dialami.

Mari datang lagi ke Bali....

Bali tetap aman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun