Mohon tunggu...
Dwi Rahma
Dwi Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hola! Saya Dwi, seorang penulis dan pemikir bebas yang senang berbagi gagasan dan pengalaman melalui tulisan. Dengan latar belakang pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta jurusan Ilmu Komunikasi, saya memiliki minat berkomunikasi dengan cara menulis sebuah tulisan di media digital. Selamat menikmati tulisan dan terimakasih telah berkunjung ke profil saya, mari bersama-sama mengeksplorasi dan berbagi pengetahuan! ^^

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

"Sate Kere" Kuliner Legendaris, Kok Bisa Di Namakan Sate Kere?

30 November 2023   23:09 Diperbarui: 1 Desember 2023   17:10 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sate Kere Pasar Beringharjo, DIY. (Dokumen Pribadi) 

Yogyakarta - Siapa yang belum tahu tentang Sate Kere?  Banyak daerah yang memiliki sate unik, seperti Sate Maranggi dari Purwakarta, Sate Lilit dari Bali, Sate Padang dari Padang Sumatera Barat, dan Sate Ambal dari Kebumen. Sate Kere Beringharjo adalah salah satu jenis sate khas Jogja. kuliner lezat ini menjadi buruan baik pelancong maupun warga lokal.

Ternyata, nama 'kere' dalam Sate Kere bukanlah sekadar label semata. Lebih dari itu, nama ini mencerminkan filosofi di balik kuliner ini. Dulu Sate Kere diperuntukkan bagi  orang-orang yang tidak memiliki uang untuk membeli daging. 

Namanya yang unik berasal dari bahasa Jawa, di mana itu berarti 'miskin' atau kekurangan uang. Walaupun namanya mengandung arti demikian, Sate Kere sekarang diburu oleh semua orang, termasuk pelancong yang berkunjung ke Pasar Beringharjo.

Sate Kere Bu Suwarni dikenal sebagai makanan legendaris yang wajib dicicipi saat berkunjung ke Pasar Beringharjo. Beliau menceritakan usahanya yang sudah dirintis sejak tahun 1984, beliau meneruskan usaha Sate Kere milik keluarganya. "Sate Kere saya tidak memiliki cabang, dari dulu ya disini saja," tutur Bu Suwarni, Senin (27/11). 

Lebih lanjut, Bu Suwarni mengatakan Sate Kere ini terbuat dari koyor atau lemak. "Dulu waktu generasi pertama Sate Kere mulai dari harga Rp. 1000 per tusuk, kalau sekarang kan bahan-bahan naik jadi mulai dari harga Rp. 4000 per tusuk untuk Sate Kere Lemak dan Rp. 5000 per tusuk untuk Sate Kere Ginjal" sambungnya. Setiap pembelian Sate Kere tentunya dilengkapi dengan bumbu kecap, beliau juga menyediakan kupat sebagai pelengkapnya.  

Usaha Sate Kerenya selalu ramai dan banyak dicari orang. Bahkan Sate Kere Bu Suwarni ini merupakan langganan para pejabat. "Mantan Wali Kota Jogja juga sering pesan Sate Kere saya. Sampai sekarang juga masih sering dapat pesanan ke balai kota atau ke rumah dinas Wali Kota langsung," ungkap Bu Suwarni.

Bagi anda yang tidak suka makan jeroan, tenang saja karena Bu Suwarni juga menyediakan Sate Kere daging sapi dengan harga Rp. 5000 per tusuk. Jadi anda masih bisa menikmati Sate Kere Beringharjo tersebut. Bu Suwarni mulai buka dari jam 10.00-16.00. Beliau hanya berjualan mengemper dengan bakul dan alat bakar seadanya. Lokasinya ada di pintu selatan Pasar Beringharjo, tepatnya di bawah jembatan. 

Sebagai pendatang di Jogja, penulis pun ikut tertarik untuk merasakan kelezatan Sate Kere di Pasar Beringharjo. Tekstur Sate Kere Lemak yang kenyal serta Sate Kere Daging yang empuk membuat penulis merasakan kelezatan bumbu yang meresap di setiap tusuknya. 

Penjual Sate Kere di Pasar Beringharjo pun sangat ramah dalam melayani dan menjawab pertanyaan dari para pembeli. Sate Kere mengajarkan kita bahwa kelezatan tak mengenal batas. Pedagang sate ini memahami setiap orang tanpa memandang status ekonomi dan berhak menikmati hidangan lezat. (drh)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun