Inilah yang banyak dipertanyakan diberbagai percakapan formal dan informal diberbagai media.
"Warga Bekasi antusias sambut New Normal", demikian ditulis pewarta Ayobekasi.net. Japri pengemudi ojek online berkomentar "Enggak ada pilihan lain, kita memang harus move on". Baginya ini harapan baru.
Sementara itu Gubernur Provinsi Jawa Tengah Ganjar Pranowo berkomentar dikutip Kompas.com, Â "Meskipun ketentuaan Menkes sudah diterima, namun penerapan New Normal di Jawa Tengah bisa dilakukann jika grafik kasus positif Covid-19 di Provinbsi Jawa Tengah turun signifikan". Turun signifikan yang dimaksud Ganjar adalah turun ekstrem sampai hampir menyentuh batas bawah. Sekarang kita Latihan dulu, kata Ganjar.
Kita perlu hati-hati, cermat dan matang dalam mempersiapkan agenda The New Normal. Kita sepaham bahwa dalam urusan wabah (Pandemik Covid-19), Komando penanggulangan dalam SUPERVISI World Health Organization (WHO) yang berkantor pusat di Genewa, Swiss. Sedangkan Negara anggota menjadi kontributor dan implementator dari kebijakan WHO.
Jika menggunakan kriteria WHO Regional Eropa, mengacu kepada pengendalian pertambahan kasus dan 5 faktor lainnya, terutama PEMAHAMAN masyarakat dalam memasuki era New Normal.
Untuk mendapat pandangan WHO Regional South East Asia (SEARO) di New Delhi, India, karena Indonesia bersama 9 Negara lainnya berada dalam SEARO, maka penulis minta konfirmasi kepada rekan Prof Chandra Yoga (mantan Dirjen P2PL Depkes), katanya "Kebijakan WHO sama, HQ hanya menegaskan tehnis".
SIAPKAH INDONESIA SEKARANG?
Tren pertambahan kasus Indonesia hampir sama dengan tren rerata Global. Terakhir pertambahan sekitar 500 orang (pernah tercacat menembus angka 900 kasus), sehingga kumulatif kasus positif saat ini 22.750 kasus, jumlah kematian kumulatif 1.391 (pertambahan 19 orang) dengan angka kematian 6,1 % dan jumlah kesembuhan 5.642 orang atau 24,8 %.
TEKANAN wabah Covid-19 di Indonesia ada pada Pertambahan kasus baru positif yang masih progressif 2,20 % dibandingkan dengan pertambahan Global 0,9 %, artinya angka pertambahan kasus di Indonesia hampir 2,5 X dunia.
Semakin jauh bedanya jika membandingkan dengan beberapa Negara Eropah yang sudah siap mengagendakan New Normal.
Demikian pula angka kesembuhan kasus yang masih berjalan lambat dibanding rerata global.
Kedua kondisi ini menggambarkan betapa rentannya imunitas masyarakat kita. Dan ada hal yang perlu di waspadai, sebagaimana diingatkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahwa lebih 800 orang kasus adalah anak-anak. Ini adalah suatu "KEJUTAN" dari apa yang dipahami dunia bahwa kasus pada anak seharusnya 0,0 -- 0,2 %.
DR.Aman Pulungan, Ketua Umum PP IDAI/Presiden Asia Pasific Pediatric Association (APPA), mencemaskan tingginya jumlah anak terinfeksi Covid-19. Aman mengatakan mortality rate anak Indonesia karena Covid-19 merupakan yang tertinggi di Asia.