Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Balutan Kelemahan Barcelona Ketika Tanpa Alternatif

4 Oktober 2025   08:49 Diperbarui: 4 Oktober 2025   08:49 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barcelona saat merayakan gol ke gawang Paris Saint Germain (PSG). Foto: Manuere Quintero/AFP via Kompas.com

Duel Barcelona kontra Paris Saint Germain (PSG) (2 October 2025) pada laga kedua kualifikasi Liga Champions Eropa musim 2025/26 menjadi salah satu perhatian pecinta sepak bola. Pasalnya, kedua tim terbilang favorit dalam ajang tersebut sekaligus mempunyai pola permainan yang persis sama.

Dengan gaya permainan kontrol bola dan menyerang, kedua tim uji taktik dan strategi di Stadion Olimpic Lluis Companys. Barca harus mengakui tim tamu dengan skor tipis 2-1.

Di balik kekalahan dari PSG, terlihat bahwa pola permainan Barca di kendali Pelatih Hansi Flick tak luput dari titik kelemahan. Salah satu titik lemah yang kerap mencuat adalah lini belakang Barca.

PSG berhasil memanfaatkan titik kelemahan Barca. Itu juga yang menjadi biang dari dua gol PSG, di mana lini belakang Barca yang cenderung naik ke depan diekspos dengan baik oleh pola serangan balik ala PSG.

Pada awal babak pertama, Barca sebenarnya tampil lebih superior daripada PSG. Namun, setelah gol pertama yang dicetak oleh Ferran Torres, PSG mampu keluar dari penguasaan permainan Barca.

Sebaliknya, permainan Barca mulai perlahan didikte oleh pola permainan PSG. Akibatnya, permainan Barca menjadi tak berkembang. Barca menjadi sulit mengancam gawang PSG.

Situasi yang persis sama terjadi pada babak kedua. Malahan, Barca kehilangan kontrol bola. PSG tampil lebih teroganisir, baik di sisi tengah maupun dalam upaya membangun serangan.

Di sini, titik lemah Barca tak hanya terjadi di lini belakang. Akan tetapi, titik lemah itu juga terjadi saat Barca kalah intensitas dengan permainan lawan.

Harus diakui bahwa PSG tampil lebih intens, agresif, dan menekan daripada pola permainan Barca. Bahkan, lini tengah Barca gagal mengontrol bola lantaran setiap kali Pedri atau pun Frenkie de Jong memegang bola, para pemain PSG langsung memberi tekanan kepada dua pemain tersebut.

Hal itu membuat aliran bola menjadi tak tumpul. Lamine Yamal di sisi kanan memang melakukan beberapa upaya untuk menyisir dan menekan permainan PSG. Namun, upayanya itu kurang dibarengi dengan agresivitas lini tengah dan depan untuk mengganggu pertahanan PSG.

Keabsenan Raphinha harus diakui sebagai salah satu sebab dari kehilangan alternatif Barca dalam menjawabi pola permainan menyerang. Pemain asal Brasil itu memiliki rekam jejak sebagai salah satu pemain yang bisa memberikan efek pembeda pada permainan Barca di lini depan.

Paling tidak, Raphinha bisa mengimbangi penetrasi Yamal. Juga, pergerakan dan daya juangnya bisa mengimbangi intensitas permainan PSG.

Rashford memang mencatatkan satu asis dalam laga tersebut. Namun, pemain asal Inggris itu belum berada pada satu level dengan apa yang biasanya dilakukan oleh Raphinha.

Ditambah lagi, kehilangan alternatif pemain bernomor 10 di belakang striker membuat Flick tak mempunyai pilihan lain. Dani Olmo yang bermain sejak menit awal dalam laga tersebut gagal tampil pada level terbaik. Bahkan, pemain Timnas Spanyol itu gagal mencetak gol pada peluang terbuka di depan gawang PSG.

Ketika Olmo tak tampil pada level terbaik, Flick tak mempunyai opsi pengganti. Fermin Lopez dan Gavi absen lantaran persoalan cedera. Padahal, agresivitas Lopez dan Gavi kerap menjadi alternatif Flick di sektor gelandang serang.

Tentu saja, kekalahan dari PSG menjadi pelajaran bagi Barca. Pada titik pertama, kekalahan itu memang tak menjadi faktor penentu pada nasib Barca di Liga Champions.

Namun, pelajaran yang muncul bahwa permainan yang sementara dibangun oleh Flick sejak musim lalu masih jauh pada level yang cukup sempurna. Ada tim yang lebih superior daripada gaya permainan Barca.

Pada titik lain, Flick harus mencari alternatif lain dalam memecahkan kelemahan tim. Dalam mana, Flick tak hanya menimbang kelemahan lini belakang, tetapi juga bagaimana membangun permainan pragmatis tetapi tetap solid dalam meladeni agresivitas permainan lawan.

Memang, filosofi permainan tim sangat penting. Namun, pada titik tertentu, filosofi itu harus beradaptasi dengan tuntutan laga. Apalagi, ketika menghadapi tim yang mempunyai filosofi yang persis sama sebagaimana yang dibangun oleh Luis Enrique dengan PSG.

Sekadar catatan, Enrique merupakan mantan pemain dan pelatih Barca. Pelatih asal Spanyol itu terbilang pecinta sepak bola ala Barca. Filosofi yang sama sementara dibangun Enrique dengan PSG dengan polesan yang sedikit berbeda.

Makanya, menjadi rumit jika tim seperti PSG mampu mendeteksi kelemahan permainan Barca dan tahu bagaimana mengekspos kelemahan tersebut. Misalnya, dua gol ke gawang Barca tercipta lewat pergerakan cepat dua bek sayap dan kemudian diselesaikan dengan baik oleh penyerang PSG.

Tanpa permainan dari kaki ke kaki, tetapi dengan mengandalkan serangan bek sayap, PSG mampu mencetak gol ke gawang Barca. Artinya, PSG tahu dengan baik kelemahan dari permainan Barca. Apalagi, ketika intensitas permainan Barca tampak lemah sehingga tak mengganggu konsentrasi bek sayap PSG.

Kekalahan dari PSG menjadi pelajaran berharga bagi Barca. Taktik Flick masih perlu diasah agar titik lemahnya tak menjadi bahan yang dimanfaatkan lawan.

Beruntung bahwa kekalahan tersebut terjadi pada awal-awal kompetesi sehingga kelemahan tim terbaca sejak dini. Dengan itu, Flick mempunyai bekal untuk membenahi skuadnya dalam mengarungi musim 2025/26 yang masih cukup panjang.

 

Salam Bola

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun