Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Ketika Orangtua Selalu Mengerjakan Tugas Sekolah Anak

26 September 2025   17:42 Diperbarui: 29 September 2025   10:39 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi proses pembelajaran di rumah. (Foto: FREEPIK)

Pihak sekolah memberikan sejumlah bahan pembelajaran dan meminta anak untuk menyelesaikannya di rumah.

Mau tak mau, orangtua harus memainkan peran sebagai guru bagi anak. Menjadi rumit tatkala orangtua tak tahu memainkan peran itu dengan baik.

Misalnya, tugas dari sekolah diselesaikan oleh orangtua daripada menuntun anak untuk menyelesaikannya. Efeknya tentu saja pada anak yang bisa saja tak belajar apa-apa.

Idealnya adalah orangtua menjadi guru bagi anak-anaknya. Sebagai guru, orangtua menjadi pengajar, penuntun dan pembimbing anak.

Akan tetapi, pada faktanya, orangtua kadang tak menjadi guru bagi anak, tetapi lebih memilih menjadi siswa yang menyelesaikan semua tugas sekolah anak. Tentu saja, sikap orangtua itu mempunyai motif tersendiri.

Salah satu motifnya adalah orangtua tak mau anaknya dinilai "bodoh" daripada anak-anak yang lain di sekolah. Belum lagi, motif orangtua agar anak mereka mendapatkan nilai tinggi di sekolah.

Namun, sikap orangtua yang masih sering mengerjakan tugas anak mempunyai efek tersendiri. Efek itu, pertama-tama, terjadi pada sikap pembelajaran anak. Harus disadari bahwa gegara sikap orangtua itu bisa membuat anak tak belajar sama sekali pada bahan-bahan yang diberikan guru di sekolah.

Boleh saja di atas kertas anak mendapatkan nilai baik. Namun, menjadi miris jika nilai baik itu tak menjadi representasi dari kualitas pembelajaran dan pengetahuan anak.

Efek kedua adalah anak menjadi bergantung pada orangtua. Pada dasarnya, sikap orangtua yang terlalu "ikut campur" pada proses pembelajaran anak bisa menciptakan mentalitas kebergantungan pada anak.

Sikap kebergantungan itu bisa muncul saat anak menjadi sulit memecahkan persoalan tertentu tanpa kehadiran orangtua. Dengan ini, anak akan sulit ketika kelak sekolah berjauhan dengan orangtua.

Efek ketika adalah mentalitas anak menjadi lemah saat menghadapi kesulitan tertentu. Sikap bergantung anak pada orangtua juga bermuara pada mentalitas anak. Anak bisa saja terlihat sulit dan lemah untuk menghadapi kesulitan tertentu, terlebih khusus kesulitan dari tuntutan sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun