Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Bertanya tentang Agama Seseorang dan Batas Ruang Pribadi

8 Oktober 2022   18:33 Diperbarui: 8 Oktober 2022   18:37 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemimpin lintas agama berdoa bersama. Foto: Kompas.com/Imron Hakiki

Tiap konteks, seperti daerah dan negara mempunyai budaya tersendiri. Ada budaya di mana ruang privat tak begitu gampang dimasuki dan ditanyakan. Tetapi, ada budaya di mana tak menjadi masalah untuk bertanya, berbicara, dan membedah ruang privat seseorang,

Saya pernah tinggal di sebuah komunitas bersama teman-teman yang berasal dari Brasil, Papua New Guine, dan Madagaskar. Selama tinggal dengan mereka, saya menjumpai bahwa ada pertanyaan-pertanyaan yang bernuansa privat untuk konteks saya di Indonesia, terkhusus sebagai orang Flores yang tak boleh ditanyakan kepada teman-teman dari negara lain. 

Misalnya, kepada teman yang berasal dari Brasil. Kebetulan dia mau pergi keluar dari komunitas. Lantas, saya menanyakan ke mana dia pergi. Pertanyaan saya terasa biasa untuk konteks di Indonesia.

Akan tetapi, pertanyaan saya itu tak begitu direspon dengan jawaban yang positif. Kelihatannya teman saya itu merasa "risih" ketika ruang pribadinya ditanyakan. Dia hanya menyatakan bahwa hanya pergi jalan-jalan. Jawabannya cenderung untuk menyenangkan saya sebagai penanya daripada memberikan jawaban yang sebenarnya. 

Bahkan saya juga mendengar jika pertanyaan yang sama diajukan ke orang-orang dari negara-negara tertentu. Mereka bisa bereaksi keras.  Artinya, setiap pertanyaan, terutama yang bernada privat belum tentu diterima begitu saja oleh setiap orang. 

Pengalaman itu membantu saya belajar untuk menghargai ruang pribadi seseorang. Ada batas ruang pribadi yang yang tak boleh dimasuki, diikutcampuri, dan bahkan ditekan. 

Pertanyaan tetang Agama yang Dianuti

Mempertanyakan agama yang dianuti oleh seseorang mungkin terlihat lumrah di antara kita di Indonesia. Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja tercantum jelas identitas agama yang kita anuti.  Ini menandakan bahwa posisi agama berada di batas yang tipis antara ruang pribadi dan ruang publik. 

Saya sendiri akan menanyakan agama seseorang ketika pembicaraan sudah tertuju pada konteks dan bahan pembicaraan yang sama. 

Misalnya, berbicara tentang pelayanan agama atau pun ayat-ayat Kitab Suci. Ketika apa yang dibahas persis sama dengan apa yang saya imani atau tak bertentangan dengan apa yang saya imani, saya berani bertanya. Jadinya, pembicaraan cenderung bertukar pikiran dan berdialog daripada saling membantah apa yang diimani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun