Kerap kali terjadi seorang ART cepat meninggalkan tempat kerjanya karena perlakuan yang diterima. Dia tak diperlakukan dengan baik. Bahkan ada yang tak diperlakukan secara manusiawi.
Pendeknya, seseorang ART bisa betah dan nyaman bekerja apabila diperlakukan dalam batas-batas manusiawi. Martabatnya tetap dihargai dan tak sekadar ditakar dari sisi gaji.
Bagaimana pun, perlakuan dari majikan merupakan sebuah bentuk pendidikan tak langsung bagi ART agar bisa bekerja dengan baik. Ketika dia diperlakukan dengan baik, dia bisa merasa bahwa dia diharapkan dan dipercayai untuk memberikan yang terbaik.
Kedua, Perlu Berkomunikasi antara Majikan/Tuan Rumah dengan ART
Relasi antara tuan rumah/majikan dan ART sangat perlu. ART yang datang dan bekerja di rumah tak boleh dipandang sebagai obyek untuk menyelesaikan pekerjaan rumah semata-mata.
Kalau ada kesempatan, perlu adanya komunikasi antara majikan/tuan rumah dengan ART. Komunikasi ini bisa saja mengantarkan kita bisa mengenal tentang latar belakang seorang ART.
Seorang teman mempekerjakan ART baru 6 bulan lalu. ART-nya tamat SMA dua tahun lalu.
Karena kasihan, dia menerima anak itu. Padahal, tahun lalu dia begitu kecewa karena ART pergi tanpa sepengetahuannya. Ternyata ART itu pergi karena sudah hamil.
Untuk ART yang baru ini, dia coba membangun relasi. Ketika mereka bekerja bersama, tak jarang mereka berkomunikasi.
Komunikasi bukan saja soal pekerjaa. Akan tetapi, soal latar belakang dan keluarga dari ART-nya itu.
Dari komunikasi itu, dia jadi tahu kalau dia bekerja di rumahnya hanya sebagai batu loncatan. Menurutnya, dia bisa saja pergi dari rumahnya ketika sudah mendapat jalan bisa pergi ke pulau Jawa karena kakaknya yang sudah lebih dahulu ke sana memintanya untuk ikut bekerja di salah satu panti sosial.