Sering kali dia mendapatkan tanggapan umat yang referensinya pada performa pemimpin sebelumnya. Tentunya, jawaban seperti ini menimbulkan beban batin. Pasalnya, dia ingin membuat aturan baru dan membuat kegiatan tertentu, tanggapan umat kerap kali bertolak pada pemimpin sebelumnya.
Hingga dia pun mengambil sikap tegas. Awalnya, sulit. Tetapi situasi perlahan berubah dan berada dalam kontrol.
Kunci dasarnya adalah berani memulai hal-hal baru dan konsisten melakukan kebaikan untuk umat. Dengan ini pula, umat melihat model kepemimpinan baru yang bisa saja mengingatkan dengan pemimpin terdahulu. Karena ini, mereka bisa melupakan performa pemimpin terdahulu.
Ini hanyalah salah satu contoh di mana seorang pemimpin baru kerap dibandingkan dengan pemimpin sebelumnya.
Bayang-bayang performa pemimpin terdahulu bisa menjadi batu sandungan bagi sebuah lembaga dan organisasi. Kalau bayang-bayang itu begitu kuat, performa organisasi dan lembaga itu bisa tidak berkembang. Setiap keputusan dan kebijakan selalu dikaitkan dengan situasi pada masa silam.
Salah satu cara untuk keluar dari bayang-bayang perbandingan dengan pemimpin terdahulu adalah perlu belajar pada situasi. Jangan langsung membuat gebrakan karena itu akan membuat orang shock.
Mengambil hati orang bukanlah perkara gampang. Butuh proses. Terlebih lagi, mereka sudah sangat terikat dengan pemimpin sebelumnya. Kita perlu tahu dan mengenal konteks masyarakat dan belajar pada langkah-langkah yang dibuat oleh pemimpin sebelumnya.
Selain itu, bayang-bayang pemimpin terdahulu bisa lenyap kalau kita menunjukkan relasi yang positif dengan setiap orang. Dalam mana, kita bisa mengulangi, mempertahankan, dan melampaui hal-hal positif yang dilakukan oleh pemimpin terdahulu.
Walau demikian, kita juga tetap berada pada kaki kita sendiri sebagai pemimpin. Kalau memang kita mempunyai program dan aktivitas positif, apa salahnya kita mencoba untuk menawarkannya pada masyarakat.
Performa pemimpin terdahulu bisa menjadi berkat dan tantangan. Itu bisa menjadi berkat saat pemimpin terdahulu lebih banyak menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Kepergiannya menciptakan kerinduan masyarakat pada pemimpin baru. Di tengah kerinduan itu, kita seyogianya berupaya untuk memberikan kelegaan pada kerinduan itu. Â