Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sulit Berkembang Jika Terlalu Terikat pada Bayangan Masa Silam

20 Mei 2020   12:36 Diperbarui: 20 Mei 2020   12:34 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pexel.com

Peduli pada penilaian dan pendapat orang lain perlu dilakukan dalam relasi sosial. Itu bisa menjadi bahan untuk mengevaluasi diri kita. Ada sisi-sisi tertentu dari cara hidup kita yang acap kali luput dari pengamatan kita.

Barangkali kita berpikir kalau apa yang kita katakan dan lakukan sudah pas atau mantap. Namun, dalam pandangan orang lain, apa yang kita katakan dan lakukan itu belum tentu baik. Masih ada kekurangan yang perlu dibenahi dan dikoreksi. Pada titik inilah, pendapat orang lain mempunyai manfaat.

Contohnya, tulisan yang kita muat di Kompasiana. Barangkali dalam pandangan kita, tulisan kita itu sudah bagus. Layak mendapat label pilihan dan bisa menarik banyak pembaca.

Namun, pandangan pribadi itu bisa saja tidak sejalan dengan pandangan orang lain. Mungkin tulisannya mendapat label pilihan, tetapi jumlah pembacanya di bawah pikiran kita.

Dengan ini, kita menemukan bahwa pikiran kita berbanding terbalik dengan pikiran, minat dan standar orang lain. Kita perlu mencerna dan belajar lebih jauh pada kenyataan ini. Kita belajar dari reaksi orang lain, tanpa merasa tertekan dan tak dipedulikan.

Bisa saja dengan itu, kita menggali pengetahuan, mendapatkan pengalaman dan mencapai kesadaran baru. Salah satu kesadaran baru mungkin untuk terus berusaha agar apa yang diharapkan bisa menyata.

Tetapi jika kita tidak melihat dan mengevaluasi situasi itu secara positif, kecenderungannya bisa saja bersikap putus asa. Tidak mau berusaha lagi. Takut untuk melakukan hal yang sama. Setiap kali mau berpendapat dan melakukan sesuatu, kita dihantui oleh pandangan takut salah. Jadinya, pikiran dan aksi kita tidak berkembang hanya karena dihantui oleh apa yang dipikirkan dan ditanggapi oleh orang lain.

Apa yang kita pikirkan itu merupakan bayang-bayang yang terlahir karena pengalaman masa lalu. Kita belum move on dan tidak mengolah pengalaman masa lalu dengan baik. Bayang-bayang masa lalu itu menjadi beban batin yang sulit menggerakkan kita pada jalan yang benar.

Ya, pengalaman masa silam kadang menjadi bayang-bayang yang mengganggu pikiran kita. Aksi dan pikiran terkontrol oleh bayang-bayang tersebut. Kita terlalu peduli pada apa yang dipikirkan oleh orang lain, yang belum tentu sesuai dengan apa yang kita pikirkan.

Terlalu peduli pada pikiran orang lain
Pikiran orang lain sulit untuk terselami. Kita tidak bisa menerka dan membaca apa yang dipikirkan oleh orang lain.

Bahasa tubuh mungkin sedikitnya memberikan tanda tentang apa yang dipikirkan. Tetapi tidak jarang juga, karena salah menerjemahkan bahasa tubuh, kita terjebak pada penafsiran yang salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun