Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ancaman Wabah Covid-19 Pada Usaha Kecil Seorang "Single Parent"

3 April 2020   10:49 Diperbarui: 3 April 2020   10:53 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto PhilNews.ph

Warung ditutup untuk sementara waktu adalah keputusan final. Belajar bersama dua orang anaknya di rumah menjadi pilihan Omi di saat kesibukan dan rutinitas di warung ditunda untuk sementara waktu.

Walau demikian, dia seolah menanti dalam ketidakpastian. Setiap hari jumlah pasien positif Corona di Indonesia kian bertambah. Di tengah situasi seperti itu, harapan untuk kembali dalam waktu cepat pada aktivitas bekerja di warung juga semakin menipis.

Mendengar kisahnya, satu pertanyaan saya adalah apa yang akan terjadi di saat warungnya ditutup? Terlebih lagi kalau warungnya akan ditutup untuk waktu yang agak lama.

Tentunya, persoalan pertama adalah pendapatan. Warungnya adalah jenis bisnis yang bergantung pada penghasilan harian. Warung tutup, pendapatan juga ikut lenyap.

Pendapatan inilah yang telah menopang Omi selama menjadi orangtua tunggal, single parent. Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat hidup sebagai single parent.

Dia mampu berdiri di atas kaki sendiri setelah bercerai, menyekolahkan anak-anaknya, dan hidup dalam kecukupan berkat bisnis warung di garasi mobil seorang teman.

Karena situasi, Sumber pendapatan itu untuk sementara waktu berhenti bekerja. Rentang waktu penutupannya belum jelas. Ini sangat bergantung pada perkembangan wabah virus Corona. Semakin lama warung ditutup, dia akan berhadapan dengan situasi yang akan rumit. Pasalnya, dia kehilangan pendapatan yang menopang kehidupan keluarganya selama ini.

Persoalan lain dari keputusan menutup warung ini adalah soal keberadaan pelanggan. Pelanggan adalah bos. Mereka acap kali tidak mengenal situasi dan kondisi langganan.

Di saat warung langganan tidak beroperasi, mereka bisa saja mencari tempat lain. Ujung-ujungnya mereka bisa melupakan warung langganan dan beralih ke tempat lain.

Omi menyadari kenyataan ini. Keputusan menutup warung akan berdampak pada perginya atau hilangnya pelanggan ke tempat-tempat lain. Jika dia kembali membuka warungnya, dia sepertinya kembali dari bawah.

Toh, tidak semua rumah makan memutuskan untuk ditutup. Masih ada yang mau buka karena mereka mungkin mempunyai kemampuan finansial yang mumpuni bila dibandingkan dengan warung makan kepunyaan Omi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun