Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Acara Resepsi Pernikahan Bukan untuk Pamer, tetapi Sebuah Ungkapan Syukur

26 Desember 2019   16:58 Diperbarui: 27 Desember 2019   20:03 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa kini, ada pelbagai rupa bagaimana orang yang merayakan sebuah pernikahan. Terlebih khusus, perayaan selepas menyatakan janji di insititusi agama tertentu.

Yang berkemampuan finansial cukup mumpuni, mereka bisa membuat acara resepsi yang mewah. Kemewahan itu nampak lewat dekorasi yang ditampilkan, pemilihan tempat untuk resepsi, makanan-minuman yang disajikan dan jumlah orang yang diundang.

Sementara yang mempunyai kemampuan finansial seadanya, pastinya juga menyesuaikan acara resepsi dengan kemampuan tersebut.

Tanpa penyesuaian dengan anggaran, bisa saja terjadi beban. Beban itu bukan saja dalam proses persiapan, tetapi juga setelah acara resepsi berlangsung.

Meski demikian, tidak jarang juga terjadi kalau ada yang coba melampaui batas kemampuan anggaran untuk melangsungkan pernikahan. Kemampuan finansial dipaksa untuk tunduk pada selera dan keinginan.

Selera tinggi tetapi kemampuan finansial lemah. Keinginan untuk acara yang serba mewah, tetapi keadaan keuangan kedua belah pihak tidak mendukung.

Salah satu penyebab dari situasi seperti ini adalah karena tantangan sosial. Dalam kenyataan sosial, begitu banyak orang yang melangsungkan resepsi pernikahan dengan tampilan mewah. Karena situasi ini, banyak orang yang cenderung untuk mengikuti tren yang sama, walaupun hal itu memaksa anggaran keuangan yang terbatas.

Selain itu, ada yang ingin melangsungkan acara mewah karena mau dilihat dan dipuji orang lain. Apalagi di tengah konteks masyarakat yang cenderung mengukur kesuksesan orang lain dari sisi tampilan luar.

Contohnya, pandangan yang menilai keberhasilan sebuah acara pernikahan dari faktor resepsi semata. Acara yang besar dan mewah menjadi ukuran dari keberhasilan sebuah pernikahan.

Efeknya, banyak orang cenderung berpikir banyak kali untuk mengikat sebuah pernikahan pada institusi tertentu kalau belum mempunyai kemampuan finansial. 

Acara dibuat sedemikian mewah agar bisa mendapat pujian dari orang lain. Jadinya, esensi utama dari resepsi pernikahan menjadi kabur. Yang dicari hanya semata-mata pujian dari orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun