Semarang, 23 Juni 2025 -- Di tengah maraknya konten digital yang bersifat instan dan menghibur semata, hadir sebuah angin segar dari ranah pendidikan yang mencoba menjawab tantangan zaman: bagaimana membuat cerita rakyat Indonesia tetap hidup di tengah generasi digital?
Jawaban itu hadir lewat karya inovatif dari mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang (UNNES) semester 4, berupa video microlearning berjudul "Menjelajah Kearifan Lokal Lewat Cerita Rakyat Nusantara." Sebuah konten edukatif yang bukan hanya menyajikan dongeng, tetapi menyulam nilai-nilai luhur budaya bangsa dalam format audio-visual yang ringkas, menarik, dan mudah diakses.
Dalam video microlearning ini, salah satu cerita rakyat yang diangkat adalah legenda terkenal asal Sumatra Barat: Malin Kundang.
Kisah Malin Kundang: Lebih dari Sekadar Anak Durhaka
Nama Malin Kundang mungkin sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Cerita tentang seorang anak miskin yang merantau, menjadi kaya, lalu lupa akan ibunya sendiri, memang telah menjadi simbol peringatan bagi siapa pun tentang pentingnya menghormati orang tua.
Namun dalam video ini, Malin Kundang tidak hanya dipotret sebagai kisah tentang hukuman. Ia ditampilkan sebagai gambaran perjalanan moral manusia---tentang ambisi, pengingkaran, dan akibat dari kesombongan. Narasi dibawakan dengan gaya bahasa yang sederhana namun menyentuh, cocok untuk siswa sekolah dasar dalam memahami nilai-nilai kehidupan dari sudut pandang budaya.
Siswa tidak hanya diajak menonton, tetapi juga diajak merenung dan merefleksikan: Apa yang bisa kita pelajari dari kisah Malin? Bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap orang tua?
Microlearning: Belajar Cerdas di Era Digital
Sebagai video microlearning berdurasi singkat, konten ini mampu menyampaikan cerita, visual menarik, dan pesan moral yang kuat dalam waktu kurang dari lima menit. Format ini sangat cocok untuk generasi muda yang akrab dengan media digital dan pembelajaran cepat berbasis visual.
Materi ini dikembangkan langsung melalui kegiatan praktik lapangan di SDN Pakintelan 03, Semarang. Di sekolah tersebut, mahasiswa UNNES tidak hanya berinteraksi dengan siswa dan guru, tetapi juga mengidentifikasi kebutuhan belajar dan mengembangkan media pembelajaran yang kontekstual.