Mohon tunggu...
Donny Candra
Donny Candra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ulasan Film Wage (2017) "Sang Komponis Lagu Kebangsaan"

12 November 2017   14:20 Diperbarui: 12 November 2017   14:39 3500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bioskoptoday.com/wp-content/uploads/2017/10/poster-wage.jpg

Tanggal 10 November kemarin kita baru saja merayakan sebuah hari yang sangat bersejarah bagi bangsa kita. Hari dimana kita memperingati para pejuang bangsa yang rela mati untuk memperjuangkan kemerdekaan yang kita rasakan sekarang ini. Salah satu dari sekian banyak pejuang yang rela berkorban demi kemerdekaan bangsa adalah Wage Rudolf Supratman.

Wage Rudolf Supratman atau yang sering disingkat W.R. Supratman adalah seorang pemusik yang berbakat dengan semangat dan rasa nasionalisme yang tinggi. Ia adalah orang yang menciptakan lagu "Indonesia Raya." Sebuah lagu yang terlihat sederhana namun mampu mempersatukan rakyat Indonesia dalam semangat dan rasa juang yang satu.

Melalui film Wage garapan sutradara John De Rantau dengan bantuan dari Ophid Media Untuk Indonesia Raya dan segenap kerabat kerja yang bertugas, rasa perjuangan dan harapan untuk menyatukan rakyat Indonesia lewat lagu "Indonesia Raya" dapat sangat terasa. Berbagai masalah dan pergumulan yang harus dihadapi oleh W.R. Supratman untuk menulis lagu Indonesia Raya pun tergambar sangat jelas melalui film ini. Ia harus bekerja dengan hati- hati dan waspada dibawah tekanan pihak Belanda, memutar otak agar mampu menyampaikan maksud dan cita- cita bangsa lewat lagu Indonesia Raya, dan belum lagi masalah yang ia dapat ketika ia harus berurusan dengan Fritz Slauwerhoff, seorang perwira Belanda berdarah Indo- Belanda yang berambisi untuk menangkap Wage dan memenjarakannya.

Wage Rudolf Supratman sendiri diperankan oleh Rendra Bagus Pamungkas yang menurut saya dapat memerankan Wage dengan baik. Ia dapat menggambarkan suasana hati dan perasaan seorang Supratman kala itu dengan tepat. Sementara untuk karakter yang lain, film ini mengajak T. Rifnu Wikana untuk berperan sebagai Fritz Slauwerhoff, Prisia Nasution sebagai Gadis, dan berbagai aktor juga aktris berbakat lainnya.

Dari segi pengambilan gambar, film Wage dapat dibilang sudah sangat baik dalam mengeksekusi bagian ini. Berbagai adegan diambil dari segi dan sudut yang dinilai pas dan tidak mengganggu kita sebagai penonton. Cara sang sutradara mengemas permasalahan antara Wage dan Fritz pun dinilai cukup menarik dimana Wage dapat mengetuk sisi nasionalisme Indonesia yang dimiliki oleh Fritz yang selama ini tertutupi oleh keangkuhan dan jabatan yang ia miliki sebagai seorang perwira Belanda.

Meskipun film ini memiliki banyak sisi baik, film ini pun tak luput dari beberapa kesalahan yang ditemukan oleh penulis dan beberapa penonton lain. Salah satunya adalah dari segi detail. Contoh paling mudahnya adalah jam yang terdapat di satu adegan namun secara tiba- tiba menghilang ketika melakukan transisi adegan dengan sudut yang berbeda. Padahal, adegan masih berkutat di area yang sama dengan latar yang seharusnya sama.

Kelemahan lainnya yang penulis rasakan adalah bagian awal film yang menurut penulis kurang dapat memikat dan menjelaskan maksud sutradara dengan baik. Efeknya berimbas kepada rasa bosan dan bingung diawal film.

Akhir kata, film Wage merupakan sebuah film biografi yang mengisahkan tentang kisah perjuangan hidup seorang Wage Rudolf Supratman, seorang pemusik dengan semangat nasionalisme yang tinggi. Film ini merupakan sebuah film yang kaya akan unsur pendidikan dan sejarah, sehingga sangat cocok ditonton bagi kalian yang gemar akan sejarah dan haus akan rasa ingin tahu kepada kehidupan W.R. Supratman selaku pencipta lagu Indonesia Raya. Jadi, apakah saya selaku penulis dan penonton film ini merekomendasikan film ini? Ya! Saya akan merekomendasikan film ini kepada kalian yang gemar akan sejarah dan ingin mengetahui lebih banyak mengenai kisah salah satu pahlawannya. Terlepas dari berbagai kekurangan yang dimiliki film ini, film ini mengandung banyak pesan moral dan esensi penting bagi masyarakat Indonesia. Setelah menonton film ini, kalian akan lebih menghargai lagu Indonesia Raya dan kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa ini. Sekian dari saya selaku penulis, Terima Kasih dan Selamat Hari Pahlawan!

"Takdirku memang begini. Inilah yang diinginkan pemerintah Hindia Belanda, biarlah saya meninggal, Indonesia pasti merdeka."

-W.R. Supratman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun