Mohon tunggu...
Doni Hardiyanto
Doni Hardiyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan

Masih belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rumah Dulu Atau Mobil Dulu

14 Juli 2016   15:59 Diperbarui: 14 Juli 2016   16:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari pertama setelah menikah, mertua memanggil saya, Don, setahun dari sekarang kamu harus punya rumah sendiri, untuk saat ini kamu boleh tinggal sama bapak, tapi kamu harus mulai nabung untuk DP rumah. Antara kaget dan bingung saya waktu itu, tahun 98 ketika krisis moneter sedang hebat-hebatnya, jangankan memikirkan kredit rumah, bisa menyisihkan gaji untuk menabung saja sudah sangat bersyukur. Apalagi kami harus mempersiapkan uang untuk kelahiran si bayi.

Sejak itu saya rajin mencari brosur perumahan yang saya rasa terjangkau, dari daerah cikarang sampai karawang pun saya jelajahi. Saat itu, DP rumah paling murah adalah 1,5 juta, itupun di daerah karawang, sekitar 2 jam perjalanan dari rumah mertua. Itupun akhirnya di tolak mertua, dengan alasan terlalu jauh jika mengunjungi cucu.

Target 1 tahun pindah ternyata jauh meleset, baru dua tahun kemudian saya bisa pindah, itupun mengontrak rumah yang tidak jauh dari mertua, agar si cucu bisa selalu diawasi, apalagi cucu pertama. Setelah mengontrak rumah, sedikit demi sedikit saya bisa mengumpulkan perabotan, dari kulkas yang dapat hadiah dari kantor, mesin cuci, hingga TV 14 inchi bekas pun terbeli. Keinginan memiliki rumahpun semakin besar, hingga akhirnya perusahaan saya di pailitkan, dan karyawan di beri pesangon. Saat itu saya menerima pesangon sekitar 16 juta, namun hanya separuhnya yang bisa diambil, sisanya di depositokan oleh perusahaan dengan jangka waktu 1 tahun. Sehingga keinginan membeli rumahpun kembali tertunda, akhirnya saya membeli tanah di dekat sebuah perumahan di daerah Tambun Bekasi, dengan harapan suatu saat bisa saya bangun. Tanah seluas 100 M, saya beli seharga 4 juta, dan sisanya saya belikan motor untuk kerja.

Saat itu saya masih di kontrak oleh perusahaan selama enam bulan, dengan catatan akan diperpanjang jika masih dibutuhkan, karena ketidak pastiaan, akhirnya saya melamar kerja di beberapa perusahaan, dan diterima di sebuah perusahaan pembiayaan.  Dan ditempat kerja yang baru ini saya benar-benar bekerja keras, siang malam dan hari minggu pun setelah mengajak anak sekedar berenang atau makan, siang atau sorenya saya langsung kerja lagi. Keinginan saya hanya satu, saya harus punya rumah. Sebagai tenaga lapangan, gaji saya memang kecil, yang besar adalah dari insentif dan bonus yang saya dapat jika masuk target.

Setahun bekerja saya bertukar pikiran dengan teman, saat itu saya sudah punya tabungan sekitar 25 juta, antara membeli mobil atau rumah. Akhirnya saya putuskan membeli mobil secara patungan dengan teman tersebut. Padahal saat itu saya sama sekali belum bisa nyetir. Kami akhirnya membeli suzuki katana GX 1995 seharga 48,5 juta, saya menyetorkan 25 juta dan sisanya teman yang menutupi. Dan mobil ditaruh di rumah teman saya, namun kapan saja saya mau memakai, dia mempersilahkan, toh saya juga baru tahap belajar. Saya mengambil keputusan itu dengan pertimbangan, harga mobil saat itu masih stabil, dan teman memberi jaminan jika nanti mau dijual, dia sendiri yang akan membayar mobil tersebut.

Tiap bulan saya menyetorkan uang antara 1,5 juta hingga 2,5 juta kepada teman saya. Saya mulai mencari rumah di sekitaran Bekasi, dan target saya bukan kredit lagi, tapi cash. Setelah 3 bulan berkeliling mencari petumahan yang ideal, baik harga maupun lingkungan. Akhirnya saya putuskan mengambil rumah di Bumi Anggrek bekasi, bukan rumah baru, tapi rumah bekas. Yang saya suka adalah lingkungan perumahan tersebut sangat asri, pas depan rumah saya adalah taman.

 Setelah sepakat harga antara saya dan pemilik, sayapun memberitahu teman, untuk membayar mobil yang ketika itu sudah lunas, oh ya selama ini mobil dan surat-suratnya ada di rumah teman. Tanpa banyak nego, teman saya membayar mobil itu seharga 47,5 juta. Dan saya tinggal menambah sedikit, untuk pengurusan balik nama dan biaya notaris. Dan ternyata ada biaya lain yang tidak saya duga, biaya makelar sebesar 2%, sungguh waktu itu saya tidak tahu, saya pikir makelar sudah dibayar oleh pemilik rumah. Akhirnya semua beres, saya sungguh bersyukur, ternyata keinginan dan doa saya dikabulkan oleh Tuhan.

Saat ini saya sudah 13 tahun menempati rumah, suka duka sudah banyak kami alami, sedikit demi sedikit kami meluaskan, merapikan dan menambah bangunan. Kami sudah memberi 2 adik kepada si sulung sejak tinggal disini, dan kami memiliki tetangga yang luar biasa. Dan semoga disinilah kami bisa membesarkan anak-anak kami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun