Mohon tunggu...
Doni Akbar
Doni Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - 20 thn

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

SMA Plus Bina Mandiri, Jerih Payah "10 Pilar" untuk Meningkatkan Sektor Pendidikan Kampung Mojokerto

25 Juni 2021   10:29 Diperbarui: 25 Juni 2021   10:53 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak Depan SMA Plus Bina Mandiri. Doc: Doni Akbar.

Pendirian SMA Plus Bina Mandiri membawa angin segar tersendiri bagi masyarakat kampung Mojokerto Lampung Tengah, khususnya bagi mereka yang tidak kesampaian mengenyam Pendidikan tingkat SMA.

Kampung Mojokerto terletak di Kecamatan Padangratu, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung. Kampung ini bisa dibilang sangat terisolasi dari kota-kota besar yang ada di Lampung. Jalur yang ditempuh untuk bisa sampai ke perkotaan selain terhambat jarak, warga kampung ini juga terhambat akses jalan yang buruk. Dikarenakan lokasinya yang sangat terisolir dari perkotaan, fasilitas-fasilitas yang seharusnya umum di kampung-kampung di luar sana pun minim. mulai dari terbatasnya internet hingga tidak adanya fasilitas umum untuk mempermudah kegiatan belajar seperti warung internet bagi mereka yang tidak memiliki gawai sendiri.

Persoalan fasilitas diatas memaksa orang-orang yang berkehidupan cukup untuk menyekolahkan anaknya diluar kabupaten agar dapat mendapatkan kemudahan belajar dan lain-lain. Akan tetapi, tentu saja bagi mayoritas warganya yang berprofesi sebagai petani, hal tersebut dirasa sangat memberatkan.

Dari persoalan diatas, munculah 10 orang yang berperan penting di dalam pembangunan SMA pertama untuk wilayah kampung Mojokerto. Mereka menyebut diri mereka 10 Pilar, beranggotakan 10 orang terdiri dari Bapak Agus Trimono selaku kepala desa kampung Mojokerto pada masa itu, Bapak Warsino, Bapak Sukarisno, Bapak Hadi Sutrisno, Bapak Suryadi, alm. Bapak Bejan, Bapak Purwanto, Bapak Rohman, Bapak Diki Pribadi, dan Bapak Widodo S Prayitno. "gagasan ini diawali ketika kami mengetahui bahwa Bapak Suryadi sudah melepas jabatannya sebagai Kepala Sekolah di suatu SMA swasta, mulai dari situ kami memikirkan upaya untuk membangun SMA atas nama kami sendiri. Terciptalah SMA Plus Bina Mandiri dalam kurun waktu 1 tahun setelah merencanakannya." Ucap bapak Widodo ketika diwawancarai di rumahnya.

Nama SMA Plus Bina Mandiri juga tidak semata-mata ada untuk dipajang di depan pagar sekolah saja. Nama ini digagas oleh bapak Suryadi selaku kepala sekolah ini sendiri. Tujuan awalnya adalah menciptakan sekolah setingkat SMA yang bisa memfasilitasi kemampuan dan keinginan tiap siswa melalui "Program Plus" yang tidak dibatasi jumlahnya dikarenakan pelaksanaanya yang berada diluar jam sekolah. Menurutnya model sekolah seperti sudah sangat umum dengan sebutan SMK, akan tetapi ia tidak ingin sekolah ini akan berujung seperti SMK pada umumnya di mata calon peserta didik. Alhasil terciptalah nama SMA Plus Bina Mandiri terpampang di depan pagar sekolah, sebagai bentuk keseriusan SMA ini untuk membimbing peserta didiknya agar menjadi lebih mandiri dan professional kedepannya.

Bapak Suryadi(kiri) & Widodo S. Prayitno(kanan), 2 orang dari 10 orang yang berperan dalam pembangunan SMA Plus Bina Mandir. Doc: Doni Akbar.
Bapak Suryadi(kiri) & Widodo S. Prayitno(kanan), 2 orang dari 10 orang yang berperan dalam pembangunan SMA Plus Bina Mandir. Doc: Doni Akbar.

Dimulai dengan dana 25 juta dari masing-masing orang, proses pendirian SMA diawali dengan menyicil pembelian tanah di daerah yang dirasa mudah diakses dari setiap sudut kampung Mojokerto. Di tahun pertama penerimaan, dengan hanya bermodal 2 ruangan kelas, SMA Plus Bina Mandiri dapat menarik minat 67 calon peserta didik, 43 calon peserta didik di tahun ke-2, dan 73 calon peserta didik di tahun ke-3nya.

Pendirian SMA ini tentunya tak hanya bertujuan sebagai investasi semata, sesuai dengan ucapan bapak Widodo dirumahnya, "kita ini juga berkeinginan kalo anak-anak muda yang dirasa susah untuk merasakan bangku Pendidikan tingkat SMA, khususnya di kampung Mojokerto juga bisa merasakanya." Dari sinilah muncul keistimewaaan SMA Plus Bina Mandiri, SMA ini dengan percuma memberikan bangku Pendidikan gratis kepada mereka yang membutuhkan, khususnya warga sekitar kampung Mojokerto. Dengan melakukan survey khusus dari rumah ke rumah, pihak SMA mendatangi mereka anak-anak muda yang dirasa akan sangat membutuhkan bantuan untuk dapat merasakan bangku Pendidikan tingkat SMA. Tidak hanya menyambangi rumah-rumah warga dari kampung Mojokerto, program ini juga mencakup untuk mereka yang berada di kampung yang berada diluar Mojokerto.

SMA Plus Bina Mandiri tidak hanya berhenti dengan "Program Plus" dan "Biaya Gratis"nya saja. Walaupun tergolong masih muda, SMA Plus Bina Mandiri dapat menjadi yang terdepan dalam urusan teknologi dalam pembelajaran untuk tingkat SMA di daerah-daerah sekitar. Dikala SMA lain merasa terpojok dikala pandemi menggebrak pembelajaran konvensional secara luring, SMA Plus Bina Mandiri sudah menerapkan proses pembelajaran tanpa kertas sejak pertama kali ia didirikan sebelum pandemi menyerang. Proses pembelajaran ini dirasa berhasil menekan rasa kaget siswa ketika pembelajaran daring mulai diperlakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun