Teladan orang seperti Dr. Johannes Leimena mendorong orang Kristen juga Gereja di Indonesia masa kini untuk menekankan dan mengupayakan titik-titik sentuh dengan orang lain, secara khusus dengan umat lain.Â
Hal ini penting, karena hilangnya titik sentuh orang Kristen juga Gereja dengan saudara-saudara sebangsa yang beragama lain atau dunia sekitarnya berbanding lurus dengan hilangnya dampak positifnya di tengah bangsa.
Bagaimana caranya menemukan kembali titik-titik sentuh itu? Caranya jelas bukan dengan menyibukkan diri dan warga Gereja dalam kegiatan agamawi setiap waktu sehingga tak punya waktu untuk hal lain.Â
Bukan pula dengan menggalakkan seminar, pelatihan, atau pembinaan soal membesarkan anak, hidup pemuda yang benar, keluarga bahagia, tetapi tidak pernah tentang soal soal bersentuhan dengan penganut agama lain dalam menciptakan hidup bersama yang baik.
Semua hal sebelumnya tidak akan membuat titik-titik sentuh ditemukan kembali, justru bisa menghilangkan setiap titik sentuh yang masih ada.
Hiruk pikuk keramaian perayaan Natal mulai terasa menyepi berganti ramai pergantian tahun baru, namun makna Natal yang telah direnggut semogah terus mewarna tak ikut berlalu.Â
Untuk itu orang Kristen dan Gereja patut bersyukur terus memiliki kesempatan untuk mengekspresikan kehidupan berimannya di tengaha bangsa ini dalam batas tata tertib dan norma yang diatur bersama.
Dalam kondisi yang kondusif itu semogah akan nampak semangat dan makna perayaan Natal tahun ini dalam bentuk yang real, disusul wujud nyata kehadiran orang Kristen dan Gereja yang bisa memperkaya dan berbuat kebaikan kepada bangsa. Dan itu tidak mungkin terjadi jika orang Kristen tidak mengupayakan titik-titik sentuh.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H