Kemenangan Anies Baswedan atas Ahok dalam pilkada Jakarta (2017) memang di luar dugaan. Anies berubah menjadi bintang baru dalam perpolitikan nasional. Setelah pentas itu, Indonesia disuguhi drama politik nasional (pilpres), Anies bersikap netral meski cenderung mendukung pasangan Prabowo-Sandi. Jokowi kembali menang, dan kita semua tahu Prabowo akhirnya merapat ke Jokowi.
Kini setelah momen itu, Anies yang kehilangan segalanya dalam politik. Pendukung Ahok, Prabowo dan Jokowi ramai-ramai menyerang Anies. Maklum saja, Anies kini yang paling tinggi elektabilitasnya. Anies dianggap sebagai ancaman serius dalam pilpres 2024 yang akan datang. Bersatunya Ahok, Prabowo, Jokowi, sejatinya bukan hal baru. Mereka memang awalnya satu kapal.
Prabowo pernah mendampingin Megawati dalam pilres, artinya Gerindra dan PDIP pernah berkoalisi. Selanjutnya koalisi mereka berlanjut daam pilkada DKI Jakarta ketika mengusung Jokowi-Ahok. Jika kini mereka kembali berkoalisi dan menyerang Anies, sepertinya wajar-wajar saja. Bukan hanya mereka, kader Demokrat juga senang menyerang Anies, meski beberapa kader Demokrat lainnya mendukung Anies.
Begitulah politik, tidak ada pertemanan sejati. Kepetingan kelompok dan partai selalu di atas segalanya. Peluang Anies dapat dikatakan tinggal 5 persen jika ingin maju sebagai capres 2024. Anies kini diserang dari segala penjuru, ibarat timnas Indonesia menghadapi timnas Spanyol atau Brazil maupun tim kuat lainnya.
Tragisnya nasib Anies di politik semakin bertambah dengan hadirnya wagub yang merupakan kader Gerindra. Kini tinggal PKS yang masih bersama Anies. Nasdem kemungkinan akan mendukung Anies apabila dukungan terhadap Anies datang dari Demokrat. Meski kecil, peluang Demokrat dukung Anies akan terbuka apabila elektabilitas Anies kian membaik. Hubungan Anies-SBY selama ini juga cukup baik. Tinggal bagaimana Anies membuka komunikasi dengan SBY.
Hal itu bakal terjadi dengan catatan elektabilitas AHY tak kunjung membaik. Bila hanya ada dua calon, Demokrat bersama Anies dan Gerindra-PDIP berkoalisi, siapapun calon mereka, Anies bakal menang. Hanya skenario ini yang memungkinkan Anies menang melawan Prabowo, Jokowi, Ahok dan Megawati. Jika tidak? Anies tamat. Meski sekarang Anies diserang dari segala penjuru, sejauh ini Anies masih sanggup bertahan dengan sesekali menyerang balik.Â
Menghadapi partai pemenang pemilu, dua kandidat pilpres serta beberapa tokoh yang vokal, Anies tampaknya sudah paham resiko menjadi gubernur yang tidak memiliki parpol. Bagaimanapun, Anies tetap kelelahan menghadapi serbuan-serbuan itu. Semoga Anies tetap tenang.