Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Politik

Semua Oposisi Harus ditangkap

26 Mei 2019   21:05 Diperbarui: 26 Mei 2019   21:08 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sangat sepakat jika oposisi maupun yang mengkritisi pemerintah ditangkap semua. Jangan sisakan satu orangpun, semua pengkritik harus ditangkap sehingga akan mengenal Indonesia sebagai negeri paling banyak tahanan politik. Sementara mereka yang terang bederang korupsi bahkan sudah mengakui mengambil uang rakyat, karena ia bukan oposisi, ia bebas. Begitulah Demokrasi yang belum sepakat dengan meritokrasi.

Para ulama yang menjadi oposisi khalifah di masa lalu juga ditangkap. Bahkan Arab Saudi juga akan mengeksekusi mati 3 ulama setelah lebaran ini. Itu terjadi karena masa lalu dan Arab Saudi tidak sepakat dengan demokrasi. Sehingga Indonesia patut mempertimbangkan kembali menggunakan demokrasi. Bukankah lebih menggunakan demokrasi rasa otoriter ketimbang demokrasi Pancasila apabila para pengkritik langsung ditangkap?

Mengapa harus mempertahankan demokrasi namun kebebasan berpendapat harus disesuaikan dengan keinginan penguasa. Kalau memang para pengkritik tidak memiliki ruang, sebaiknya kita anut sistim lain saja. Bukankah dengan oposisi demokrasi semakin sehat, kuat, tidak attends to corrupt? Okelah sekarang kita sudah sangat demokrasi, bahkan demokrasi terbaik didunia. Sebabnya setiap yang mengkritisi akan ditangkap.

Barangkali buku-buku demokrasi yang salah memaknai demokrasi, barangkali pendiri negara sudah salah memaknai demokrasi. Jokowi sudah benar, kalau Jokowi salah pasti yang menyalahkan dia yang salah. Luhut sudah benar, kalaupun salah yang menyalahkan dia yang salah. Bukan hanya sejarah milik pemenang, aturan negara juga milik pemenang. Cara memaknai demokrasi harus sesuai dengan penguasa jika tidak makna itu salah.

Ilmu pengetahuan harus patuh pada penguasa apalagi oposisi. Semua salah, yang benar adalah apa yang dipikirkan dan dilakukan penguasa. Idealisme hanya dongeng, jual beli jabatan itu terhormat, deal politik dengan menyingkirkan meritokrasi adalah shahih. Jika ingin kritik anda harus berkuasa, atau minimal barisan pendukung penguasa sehingga apapun yang anda ucapkan tidak akan diproses hukum. Buktinya banyak dan itu shahih dilakukan.

Kita negara hebat, karena hebatnya, bahkan tim medis juga boleh diserang dan disalahkan. Jika dalam perang tim medis dilarang disakiti, lagi-lagi itu dongeng. Jadi saya sepakat jika para pengkritik ditangkap, kritik yang membuat penguasa tak bisa tidur nyenyak harus dilenyapkan. Kita bernegara untuk memperkaya penguasa, membuat mereka tidur nyenyak, menyaksikan mereka jual beli jabatan, korup, bermanuver, dan kita hanya boleh di Kompasiana, itupun kalau tak dihapus redaksi.

Menjadi rakyat wajib ditipu, wajib dikhianati, sebaliknya menjadi penguasa wajib menipu dan mengkhianati. Kita bayar pajak, kita aturan penguasa, semua demi kebaikan negara. Meski kita kemudian digelari cebong dan kampret. Rakyat Indonesia mendukung pilihannya malah disamakan dengan binatang (cebong dan kampret). Kita diarahkan menjadi rakyat yang kasar berbahasa, begitulah demokrasi yang boleh kita pahami. NKRI harga mati korupsi jalan terus.

Pilar demokrasi seperti media massa menjadi 'kuli' penguasa. Media besar bosnya ketum parpol, kalaupun bukan ketum parpol harus mendukung penguasa. Infonya disesuaikan dengan syahwat bos, berani ungkap fakta bakal pecah kongsi atau kolaps. Kompetisi penjilat kembali dibuka, menjadi 'anjing' penguasa selama 5 tahun bagus buat rekening diri dan keluarga. Persetan orang lain menderita, kan fakir miskin dan anak telatar dipelihara oleh negara bukan oleh penguasa. Selamat berdemokrasi ala Indonesia, semua tokoh oposisi harus ditangkap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun