Mohon tunggu...
Wimpie Fernandez
Wimpie Fernandez Mohon Tunggu... Penulis - Tak harus kencang untuk berlari

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Memanusiakan Manusia Lewat Sentuhan Batik

25 Agustus 2020   23:44 Diperbarui: 25 Agustus 2020   23:44 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak difabel saat menjahit masker / Foto: Dok pribadi

"Tidak perlu kasihan dengan mereka, biar karya yang berbicara"

Hampir dipastikan, orientasi para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat membuka suatu usaha untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan roda perekonomian. Hal itu wajar. Namun, tidak bagi Aryo Setiawan (44). Tujuan utama membuka usaha kriya (batik) bukan mencari laba, melainkan memanusiakan manusia.

Papan nama usaha bertuliskan Batik Wistara menghentikan laju sepeda motorku. Pagar putih tulang menjulang tinggi dan kokoh sedikit terbuka. Jendela depan rumah juga terlihat serupa. Di halaman depan, terdengar suara namun samar. Terlihat dua orang sedang asik berbincang.

Sesaat, salah satu dari mereka membuka pintu utama. Aryo menghampiri, lalu sedikit berbincang kemudian mempersilahkan saya untuk masuk ke dalam rumah. Ia meminta saya untuk duduk dan menunggu. Maklum, usaha produksi batiknya banyak didatangi pembeli maupun awak media yang dikerjakan anak-anak penyandang disabilitas (tunarungu dan tunawicara). 

Sembari menunggu, kuamati ruangan yang cukup luas dan tinggi bercat putih tulang dengan warna lampu putih dan kuning. Dekat pintu masuk, ada mesin jahit. Tepat di depan mesin jahit, terpajang beberapa lukisan. Di sudut lain, beberapa pakaian batik tergantung rapi. Adapula kain dan pakaian batik tersusun dalam lemari. Disudut ruangan, terdapat sepeda motor lawas. Suasana di dalam sangat sejuk dan elegan.

15 menit menunggu, perbincangan dimulai. Aryo berkisah, tujuan membuka usaha kriya batik yang dirintis sejak tahun 2010 untuk mewadahi sekaligus memberdayakan anak-anak penyandang disabilitas. Artinya, membuka lapangan kerja bagi mereka sekaligus memberikan wadah untuk para difabel. Selain itu, membentuk karakter anak-anak difabel agar mandiri sekaligus memberi pelajaran tanggung jawab.

"Utamakan sosiopreneur bukan entrepreneur. Artinya, lebih mengutamakan manusia ketimbangan laba (keuntungan)," ungkap Aryo.

Alasan lain melibatkan anak-anak disabilitas karena ia menilai karya anak-anak disabilitas kurang begitu diperhatikan. Padahal, talenta yang dimiliki serta karya yang dihasilkan sangat luar biasa. Jika dibandingkan anak-anak normal lainnya, mereka memiliki nilai lebih ketika mengerjakan sesuatu. Sangat serius dan gigih. "Makanya tekad saya bulat untuk membangun usaha batik dengan melibatkan anak-anak difabel," imbuh Aryo. 

Melibatkan anak-anak disabilitas dalam suatu usaha terbilang unik sekaligus mulia. Ada cerita menarik selama mendampingi dan membimbing anak-anak difabel mulai berlatih hingga bekerja. Dibutuhkan kesabaran ekstra karena pada dasarnya, mereka tidak bisa dipaksakan dan tidak bisa dipresure. Tiba-tiba malas lalu meninggalkan pekerjaan. Perilaku itu dinilai biasa dan sangat wajar. Sebab, karakter anak-anak difabel berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya.

"Kalau tiba-tiba ingin berhenti bekerja ya berhenti dan itu tidak bisa dipaksa. Kalau dipaksa, mereka akan marah. Makanya perlu ekstra kesabaran. Namun balik lagi, niat dari hati saya dan keluarga memang untuk mereka. Bahkan mereka sudah saya anggap anak sendiri," tandasnya. 

Bukti cinta Aryo kepada anak-anak disabilitas makin terasa ketika ia belajar bahasa isyarat secara otodidak. Hal ini tidak lepas dari profesi Aryo yang juga seorang dosen di Politeknik Penerbangan Surabaya. Di sana, ia mengajar mata kuliah manajemen transportasi udara. Dosen atau tenaga pendidik tidak hanya belajar bidang yang ia geluti, melainkan juga memiliki hak untuk menekuni aksi sosial yang memang dicintai tanpa paksaan, seperti membina anak-anak disabilitas.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun