Batu, 25 April 2025 -- Di tengah berbagai tantangan sektor pertanian seperti mahalnya pupuk kimia, penurunan kualitas tanah, serta ketiadaan subsidi bagi petani buah, sebuah inovasi lokal hadir menawarkan harapan baru: teknologi pembenah tanah Njobo Njero (paNjero).
Teknologi ini merupakan hasil pengembangan berbasis mikroorganisme unggulan yang berfungsi sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). PaNjero mengandung kombinasi kompleks seperti Rhizobium, Pseudomonas, Actinomycetes, dan Bacillus polymixa, serta bakteri pengurai fosfor yang berperan penting dalam meningkatkan bahan organik tanah.
Diproduksi oleh Kelompok Tani Pangestu, Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, di bawah pembinaan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu.
Kondisi petani buah saat ini sangat memprihatinkan. Selain tidak mendapat subsidi pupuk, mereka juga menghadapi kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan dan pengalihan fungsi lahan yang terus terjadi. Ketergantungan pada input kimiawi ini justru mempercepat degradasi tanah dan menurunkan hasil panen.
Melihat realitas tersebut, paNjero hadir sebagai solusi strategis melalui pendekatan ramah lingkungan: pemanfaatan bahan organik, mikroorganisme, serta teknik pengolahan tanah yang berkelanjutan. Inovasi ini diyakini mampu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman, khususnya jeruk yang menjadi komoditas andalan di beberapa daerah di Indonesia.
Manfaat penggunaan paNjero:
Peningkatan hasil pertanian melalui perbaikan kondisi tanah dan peningkatan ketersediaan unsur hara.
Perbaikan kualitas tanah jangka panjang yang mengarah pada pengurangan ketergantungan terhadap bahan kimia sintetis.
Pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) yang sejalan dengan upaya konservasi lingkungan.
Pembangunan ekonomi lokal, karena produk ini dikembangkan dan dapat diproduksi secara mandiri oleh komunitas petani.
Peningkatan kesadaran lingkungan di kalangan petani melalui penggunaan teknologi hijau.