Berbeda dengan beternak, usaha menjual ayam pedaging justru terlihat lebih stabil. Modal utamanya adalah menyiapkan tempat pemotongan, peralatan sederhana, dan tenaga juru sembelih halal (juleha).Â
Pedagang tidak perlu memelihara ayam sejak kecil, tidak menanggung risiko pakan atau penyakit, hanya menunggu ayam hidup diantar ke tempat pemotongan.
Jika harga ayam hidup sampai ke pedagang sekitar Rp26.000 per kilogram, maka biaya modal awal sudah jelas. Setelah dipotong dan diproses, biaya tambahan rata-rata sekitar Rp5.000 per ekor.Â
Dengan asumsi satu ekor ayam menghasilkan 1,5 kilogram daging, maka total biaya modal sekitar Rp31.000 per kilogram.
Di Provinsi Kepulauan Riau, harga jual daging ayam rata-rata Rp38.000 per kilogram. Itu artinya pedagang bisa meraup keuntungan Rp7.000 per kilogram.Â
Bayangkan, jika satu pedagang mampu menjual 50 ekor ayam per hari, setara dengan 75 kilogram daging, maka keuntungan bersihnya sekitar Rp525.000 per hari. Dalam sebulan, angka ini bisa mencapai Rp15,75 juta. Jika penjualan meningkat menjadi 100 ekor sehari, maka keuntungan pun otomatis berlipat ganda.
Keuntungan inilah yang membuat usaha menjual ayam lebih diminati banyak orang. Pedagang tidak perlu pusing dengan harga pakan, biaya listrik kandang, atau serangan penyakit.Â
Mereka hanya perlu memastikan pasokan ayam hidup lancar, proses pemotongan higienis, halal dan pemasaran berjalan baik.
Data dan Fakta Pendukung
Data Bapanas menunjukkan, konsumsi daging ayam ras nasional terus meningkat. Pada 2024, konsumsi per kapita diperkirakan mencapai 13,5 kilogram per tahun, naik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Artinya, permintaan ayam di pasar domestik akan terus tumbuh.
Di sisi lain, harga ayam hidup memang sering fluktuatif. Menurut catatan asosiasi peternak, harga ayam di tingkat kandang pernah anjlok ke Rp17.000 per kilogram pada saat oversupply, sementara biaya produksi per kilogram di kisaran Rp21.000-22.000. Kondisi ini membuat banyak peternak mengalami kerugian.
Sebaliknya, harga daging ayam di tingkat konsumen relatif lebih stabil. Bahkan, di saat harga ayam hidup turun, harga daging ayam di pasar jarang ikut turun drastis. Hal ini karena biaya pemotongan, distribusi, dan margin pedagang tetap dihitung. Dengan kata lain, posisi pedagang lebih aman secara bisnis dibandingkan peternak.