"Oke, kali ini gue maafin lo, awas aja sampai lo bikin artikel yang lebih bagus dari gue. Kita ga akan biarkan lo menang. Di Dewan Pers Fakultas, I am gonna be the leader. TRUST ME! Lo Cuma anak kampung doang mah ga bisa apa-apa."
"Iya, Bro."
"Paham kan? Udah, lo balik lagi, selesaikan tugas Bang Patria sana. Muak gue liat muka lo."
OoOoOoOoOoOoO
Workshop sudah selesai dan ternyata tulisanku masih dipuji oleh Bang Patria, berbeda dengan tulisan Tino ataupun rekan lainnya. Ada beberapa yang kebingungan beserta kagum dengan tulisanku selama workshop. Dan, anehnya, entah kenapa Tino juga ikut tersenyum padaku.
"Eh Andi, sini deh. Lo makin hebat aja ya ternyata."
"Alhamdulillah, Bro. Terimakasih. Ya, memang sudah sedikit berusaha sih."
"Ohya, untuk merayakan selesai workshop ini, gue mau mengajak lo, ya teman-teman juga sih, gue mau ajak lo mungkin sedikit beristirahat lah ya. Berpesta ria seperti itu. Bebas kok."
"Oh, boleh-boleh. Kapan ya? Dimana?"
"Entar deh gue kasih tau lo tempatnya dimana. Ikut aja, bro. Sekalian deh buat kita berdamai aja. Gue menyadari bahwa lo emang berbakat juga jadi penulis. Mungkin, kita bisa jadi partner nih kelak."
"Alhamdulillah deh jika ingin berdamai."