Mohon tunggu...
Edo Panjaitan
Edo Panjaitan Mohon Tunggu... -

Historical jumper

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi-Ahok, 1 1/2 Tahun Kemudian...

11 September 2014   02:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:03 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Satu setengah tahun lalu di kompasiana saya pernah membuat prediksi bahwa Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama pasti akan menghianati Gerindra dan Prabowo dengan mendukung Jokowi sebagai presiden sehingga Ahok akan otomatis menjadi gubernur DKI Jakarta dan setelah itu Ahok sang kutu loncat akan mundur dari Gerindra dan pindah ke PDIP. Saat itu saya membuat prediksi berdasarkan dua kali pertemuan Megawati, Jokowi dan Ahok yang ditemani cukong Jokowi bernama Prajogo Pangestu pada Desember 2012 dan selain itu saya melihat karakter Jokowi dan Ahok bukan karakter seorang pemimpin yang amanah melainkan manusia oportunis dan haus kekuasaan.
Saat itu pembaca artikel saya banyak yang meragukan kebenaran prediksi ini dengan alasan Jokowi tidak akan menghianati rakyat Jakarta. Hari ini prediksi saya tersebut terbukti tepat dan benar dengan pengunduran diri Ahok hanya beberapa hari setelah Mahkamah Konstitusi menetapkan Jokowi sebagai presiden Indonesia periode 2014-2019. Namun demikian sebenarnya tanda-tanda kebenaran prediksi saya satu setengah tahun silam tersebut datang lebih cepat dengan Ahok secara eksplisit maupun implisit mempromosikan pencapresan Jokowi sepanjang tahun 2013, seolah bila Jokowi presiden maka Jakarta akan bisa ditangani dengan lebih baik.

Tanda penghianatan kedua Ahok terlihat dari hasil pileg dan pilpres di daerah tempat tinggal Ahok di mana PDIP dan Jokowi menang dengan cukup telak, sebuah hasil yang tidak mungkin terjadi bila Ahok mendukung Prabowo sebagai capres yang diusung partai Ahok saat itu, yakni Gerindra. Sudah dapat dipastikan bahwa di hadapan teman-teman satu kompleknya justru mempromosikan Jokowi, satu dan lain hal demi meraih posisi sebagai gubernur DKI Jakarta, kedudukan yang tidak mungkin diraih Ahok bila dia maju sendiri sebagai cagub.

Bila dipikir lagi, memang itulah kegunaan Jokowi, sebagai topeng atau boneka wakilnya yang tidak bisa maju sendiri sehingga setelah pasangan boneka dan tuannya terpilih maka Jokowi hanya akan jadi pejabat boneka sedangkan roda pemerintahan yang sebenarnya akan dijalankan sang wakil. Inilah yang terjadi di Solo ketika Jokowi adalah walikota de jure namun walikota de facto adalah wakil walikota de facto, kemudian Jokowi pergi dan FX Hadi jadi walikota definitif; ini juga yang terjadi di Jakarta ketika Jokowi menjadi gubernur de jure dengan Ahok menjadi gubernur de facto, dan sekarang Jokowi pergi dan Ahok menjadi gubernur definitif.

Sekarang Jokowi sudah menjadi presiden, dan tidak perlu ragu bahwa presiden de facto adalah Jusuf Kalla yang tahun 2009 sudah membuktikan dia memiliki elektabilitas sangat rendah namun tidak bisa menghentikan ambisi besarnya jadi presiden. Pertanyaan berikut apakah Jokowi akan pergi baik dipaksa melalui proses politik atau sukarela supaya Jusuf Kalla menjadi presiden definitif? Ini harus menunggu apa yang terjadi ke depan.
Prediksi saya yang lain kala itu adalah kepemimpinan Jokowi akan menghancurkan Indonesia serta merusak seluruh fondasi pembangunan yang kita lakukan selama ini. Jokowi adalah kiamat kecil Indonesia, dan saya menjamin prediksi saya pasti akan terjadi. Bersiaplah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun