Mohon tunggu...
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI
MOH. RIDHO ILAHI ROBBI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anda bertemu dengan sebuah tulisan yang dikarang dengan pikiran dan ditulis menggunakan perasaan.

.twitter/Facebook : @riedhotenzhe Instagram : @mohridhoilahirobbi email : riedho.riedha@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Raket

Wajar Tanpa Pengecualian: Kewajiban Bukan Prestasi

8 Mei 2024   16:55 Diperbarui: 8 Mei 2024   17:14 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi penulis

Prestasi, dalam konteks akuntansi, seringkali diidentikkan dengan pencapaian luar biasa yang membutuhkan upaya dan dedikasi yang besar. Namun, apakah pemberian status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam audit keuangan seharusnya dianggap sebagai prestasi yang membanggakan? Argumen yang saya kemukakan adalah sebaliknya: WTP seharusnya dipandang sebagai kewajiban yang harus dipenuhi, bukan sebagai prestasi yang layak dipuji.

Pertama-tama, kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan WTP. WTP adalah opini tertinggi yang diberikan oleh auditor atas kelayakan laporan keuangan suatu entitas. Ini menunjukkan bahwa laporan keuangan tersebut telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan memberikan gambaran yang tepat tentang posisi keuangan serta kinerja entitas tersebut. Namun, seharusnya, pemenuhan standar ini bukanlah hal yang luar biasa atau prestasi, melainkan kewajiban dasar yang harus dipenuhi oleh setiap entitas yang bertanggung jawab.

Ketika sebuah entitas diberikan status WTP, sebagian besar masyarakat seringkali menganggapnya sebagai pencapaian yang luar biasa. Namun, apakah sebuah perusahaan seharusnya dipuji karena mematuhi standar akuntansi yang berlaku? Mengapa kita memuji entitas yang hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan? Ini sama saja dengan memuji seseorang karena membayar pajak tepat waktu atau menghormati peraturan lalu lintas. Ini bukanlah prestasi, melainkan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap warga negara atau entitas hukum.

Selain itu, menempatkan terlalu banyak fokus pada pencapaian status WTP dapat mengaburkan fakta bahwa laporan keuangan mungkin saja mengandung kelemahan atau penyimpangan yang tidak terdeteksi. Status WTP tidak menjamin bahwa tidak ada kesalahan atau kecurangan dalam laporan keuangan tersebut. Auditor dapat memberikan opini WTP meskipun ada kekurangan signifikan yang tidak terungkap. Oleh karena itu, menjadikan WTP sebagai standar prestasi dapat mengurangi kekritisan terhadap laporan keuangan dan mengurangi motivasi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

Kesimpulannya, Wajar Tanpa Pengecualian seharusnya tidak dipandang sebagai prestasi yang luar biasa. Sebaliknya, pemenuhan standar akuntansi yang berlaku harus dianggap sebagai kewajiban yang mendasar bagi setiap entitas. Kita harus memindahkan fokus dari pemuliaan atas pencapaian WTP menuju upaya untuk memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan secara akurat posisi keuangan dan kinerja entitas serta memenuhi harapan stakeholder. Hanya dengan mengubah pandangan ini kita dapat memperkuat integritas dan relevansi informasi keuangan dalam masyarakat.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun