Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengintip Misteri Mimpi

13 Mei 2024   01:30 Diperbarui: 13 Mei 2024   06:18 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.sciencefocus.com/

Dulu, ketika masih kanak-kanak, kisaran tahun 1980an, saya terbangun dari tidur lalu menangis. Masalahnya kecil saja sebenarnya. Saya bermimpi diberi uang beberapa puluh rupiah - jumlah yang terhitung besar untuk ukuran waktu itu. Saat tersadar bahwa itu hanyalah mimpi,  rasa kecewa segera menguasai diri. Itulah alasan mengapa saya menangis.

Mimpi tersebut begitu lekat dalam ingatan. Tentu saja bukan karena sensasi kecewanya melainkan kekonyolan menangisi sirnanya uang yang memungkinkan saya untuk membeli sejumlah kelereng marmer dan layangan idaman berkertas kapuk. Layangan kertas kapuk - atau apa persisnya jenis kertas ini saya tidak tahu - merupakan layang-layang kelas eksklusif di kala itu. 

Berkenaan dengan mimpi - 30 tahun sebelum saya nonton film Inception besutan Christopher Nolan yang dibintangi Leonardo DiCaprio - beberapa pertanyaan sempat menggoda: "Apakah hanya kita, manusia, yang bermimpi?" "Bermimpikah hewan dan tumbuhan?" Atau bahkan, "Mengapa kita harus bermimpi?"

Pertanyaan-pertanyaan lugu tadi muncul ketika melihat seekor kucing yang sedang tidur tapi kemudian kakinya tiba-tiba bergerak seperti sedang berlari. Atau, misalnya lagi, seekor anjing yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya kemudian kembali terlelap. Sementara pertanyaan agak filosofis tentang mengapa kita harus bermimpi lebih karena rasa kecewa gagal punya uang sebagaimana disebutkan di awal tulisan. Hehehe

Hewan dan Tumbuhan Juga Bermimpi


Riset dipercaya telah membuktikan bahwa semua mamalia bermimpi, meskipun Cetacea (paus, lumba-lumba, dan lumba-lumba) memberikan sentuhan unik pada prosesnya.  Burung juga bermimpi.  Dalam sebuah penelitian, aktivitas otak seekor burung yang sedang bernyanyi direkam. Setelah burung tersebut tertidur, para peneliti merekam aktivitas otak lagi dan menemukan kesamaan yang nyata antara dua pola gelombang otak.  Bahkan reptil pun terbukti bermimpi.  Penelitian di Australia mengukur aktivitas otak komodo berjanggut yang sedang tidur dan menemukan pola gelombang otak yang mirip dengan pola gelombang otak organisme lain yang bergerak melalui siklus tidur yang berbeda.  Jika benar bahwa reptil, burung, dan mamalia semuanya bermimpi, itu berarti proses tersebut berasal dari 350 juta tahun yang lalu ketika ketiga spesies tersebut memiliki nenek moyang yang sama, yaitu amniota, tulis Animal Medical of New City.

Sebagian besar penelitian, menurut laporan Animal Medical of New City dalam tulisannya What Do Animals Dream About?, menunjukkan bahwa anjing dan kucing bermimpi tentang apa yang telah terjadi pada mereka sebagai cara untuk mengingat dan belajar.  Dalam sebuah penelitian di MIT, tikus dilatih untuk menjalankan sebuah labirin sementara aktivitas otak mereka direkam. Rekaman tersebut diulang ketika tikus-tikus tersebut tertidur.  Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas otak yang terekam sangat cocok dengan rekaman yang dibuat saat tikus terjaga.  Bahkan, rekaman tersebut sangat mirip sehingga para peneliti tahu bagian mana dari labirin yang dimimpikan oleh tikus dan apakah mereka bermimpi sedang berlari atau beristirahat.

Pantas saja kucing dan anjing suka memperlihatkan perilaku yang unik saat mereka tidur. Rupaya mereka sedang hanyut dalam impian. Seperti halnya kita, kadang tidur kita digelisahkan oleh mimpi yang berlangsung di dalamnya. 

Nah, bagaimana dengan tumbuhan? Apakah mereka juga tidur dan bermimpi seperti halnya manusia dan binatang? 

Menarik sekali saat membaca tulisan Cara Giaimo How Trees Sleep di laman Atlas Obscura. Sebuah tim ilmuwan internasional, menurut Giaimo, telah menemukan bukti bahwa pohon-pohon "tidur" di malam hari, daun dan rantingnya perlahan-lahan terkulai begitu senja tiba. Sekitar dua jam sebelum matahari terbit, mereka "bangun" lagi, dan secara bertahap kembali ke posisi semula. Eetu Puttonen dari Institut Penelitian Geospasial Finlandia, kutip Giaimo, menyebutkan bahwa perubahannya tidak terlalu besar, hanya sampai 10 sentimeter. Namun, perubahan itu sistematis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun