Mohon tunggu...
Dodi Kurniawan
Dodi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Simplex veri sigillum

Pengajar di SMA Plus Al-Wahid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Sejarah Pembangunan Piramida Mesir di Hari Buruh

1 Mei 2024   07:23 Diperbarui: 1 Mei 2024   07:28 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://twitter.com/cosmicape888/

Firaun menyatakan, "Wahai para pemimpin! Aku tidak mengetahui adanya tuhan lain bagi kalian selain diriku sendiri. Maka bakarkanlah untukku batu bata dari tanah liat, wahai Haman, dan dirikanlah sebuah menara yang tinggi agar aku dapat melihat Tuhan Musa, meskipun aku yakin bahwa dia adalah seorang pendusta."

Dalam tafsir Thabari pada ayat ke-18 dari QS al-Qashash disebutkan bahwa Ibnu Juraij berkata: "Orang pertama yang memerintahkan pembuatan batu bata dan membangun dengan batu bata adalah Fir'aun." Dari Bisyr, dari Yazid, dari Sa'id bahwa Qatadah berkata: "Dia (Firaun) adalah orang pertama yang membakar batu bata yang digunakan untuk membuat bangunan."  

Yunus menceritakan kepadaku, bahwa Ibnu Wahab menceritakan kepada kami bahwa Ibnu Zaid berkata tentang firman Allah, "Wahai Haman, bakarkanlah untukku batu bata dari tanah liat," menurutnya bahwa tanah liat yang dibakar adalah tanah liat yang mereka gunakan untuk membuat bangunan.

Sementara untuk firman-Nya, "Buatkanlah untukku sebuah bangunan tinggi (menara)." Menurut Ibnu Zaid bahwa setiap bangunan yang datar adalah bangunan yang kokoh, seperti istana. 

Dari beberapa penjelasan yang diberikan oleh Imam Thabari tersebut kita bisa mengambil simpulan bila tanah liat yang dibakar adalah bahan baku untuk membuat bangunan tinggi seperti halnya menara namun juga berfungsi seperti halnya istana yang menunjukkan kemegahan. Deskripsi ini dengan tepat menggambarkan sebuah piramida. Namun, poin terpentingnya adalah bahwa tanah liat dan bukan batu alami sebagai bahan pembuatan piramida - hal mana sesuai dengan hasil riset yang disebutkan sebelumnya. 

Saat menyadari bila Al-Qur'an, 1400 lalu, secara sambil lalu menyebutkan sebuah fakta sejarah - yang bahkan hingga kini para ahli terbaik kita masih menganggapnya sebagai salah satu dari misteri  ini, sulit rasanya mengingkari rasa kagum bercampur syukur.  


Membincang Segregasi Sebutan Pekerja dan Buruh

Mengikuti narasi yang diungkapkan Nakht bahwa para pekerja dalam proyek raksasa pembangunan piramida adalah mereka yang dipilih sesuai kriteria untuk bekerja dalam kurun waktu tertentu. Umumnya mereka meneruskan apa yang telah dikerjakan oleh ayah, kakek atau barangkali buyut mereka sebelumnya. 

Dalam konteks hari yang mana sekarang sedang diperingati, Hari Buruh Internasional, Nakht dan lainnya boleh jadi hanyalah kelas pekerja. Namun, jelas mereka dalam perspektif kita dewasa ini bukanlah buruh. Kini istilah pekerja dan buruh seakan dibedakan secara makna. 

Anne Quito dalam Why work? A psychologist explains the deeper meaning of your daily grind membincang paparan profesor psikologi dari Swarthmore, Barry Schwartz di TED yang kemudian dibukukan dengan judul yang sama Why We Work dengan gagasan pokoknya tentang apa yang membuat sebuah pekerjaan menjadi baik-dan apa yang membuatnya menjadi buruk.

"Mengapa kita bekerja? Mengapa kita menyeret diri kita dari tempat tidur setiap pagi alih-alih menjalani hidup yang terdiri dari satu petualangan yang penuh kesenangan demi kesenangan? Sungguh pertanyaan yang konyol. Kita bekerja karena kita harus mencari nafkah. Tentu, tapi apakah hanya itu? Tentu saja tidak. Ketika Anda bertanya kepada orang-orang yang merasa puas dengan pekerjaan mereka mengapa mereka melakukan pekerjaan yang mereka lakukan, uang hampir tidak pernah muncul. Daftar alasan non-moneter yang diberikan orang untuk melakukan pekerjaan mereka sangat panjang dan menarik," tulis Quito.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun